gambar hanya ilustrasi
Oleh
Drs. Zamris Habib, M.Si, Dosen Komunikasi UMJ dan UIN Jakarta
Komunikasi
adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat
manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh
hampir semua agama telah ada sejak masa Adam dan Hawa.Sifat
manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain,
merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui
lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemapuan untuk memberi arti
setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.Kapan
manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data
autentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa
kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah
peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Rogers menilai peristiwa
ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu
mengutarakan pikirannya secara tertulis.[1]
Usaha-usaha
untuk manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai bentuk
kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman di daerah
aliran sungai dan tepi pantai, diplih untuk memudahkan mereka dapat berkomunikasi
dengan dunia luar menggunakan perahu, rakit, dan sampan. Pemukul gong di Romawi
dan pembakar api yang mengepulkan asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi
yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.Dalam
berkomunikasi, manusia menggunakan lebih banyak gerak-gerik, sikap tubuh dan
mimik, tetapi perumusan pesan itu sendiri lebih dimungkinkan oleh adanya bahasa
dan lambang-lambang yang dapat dipahami bersama.Kemampuan
untuk menggambar atau menuliskan lambang-lambang yang memiliki arti adalah
sutau keunikan dari spesies manusia, dan ini menjadi salah satu perbedaan
paling signifikan antara manusia dengan mahluk yang lain di bumi ini. Manusia
sudah mulai menggambar dan melukis lambang-lambang di batu sejak tahun 35.000
SM, dan ilustrasi-ilustrasi serupa ini menjadi sebuah bagian penting dalam
kehidupan manusia selama berabad-abad.[2]
Perkembangan
komunikasi antarmanusia tidak terlepas dari pengaruh naluri kemanusiaan itu
sendiri. untuk bertahan hidup manusia membutuhkan manusia yang lainnya untuk
saling membantu. Sementara pada tahapan saling memberikan bantuan inilah proses
komunikasi akan sangat dibutuhkan.
A.
Zaman Tanda dan Isyarat
Zaman
ini merupakan yang paling awal dalam sejarah perkembangan manusia dan muncul
jauh sebelum nenek moyang manusia dapatberjalan tegak. Dalam berkomunikasi satu
sama lain, peran insting (meskipun masih sangat rendah) sangatlah penting.
Proses komunikasi manusia lebih berdasarkan insting dan bukan rasionya.
Itu semua terjadi karena kemampuan kapasitas otak manusia masih sangat terbatas. Perkembangan otak mereka juga sangat lamban. Oleh karena itu, zaman ini berjalan dalam ribuan tahun sebelum digunakannya gerak isyarat. Bunyi-bunyian dan tanda jenis lain dalm komunikasi. Dengan kata lain sebenarnya manusia itu sudah menggunakan “ucapan” dalam berkomunikasi. Akan tetapi proses komunikasi yang dmaksud bukan seperti yang dilakukan manusia saat ini.[3]
Penggunaan tanda dan isyarat itu tidak berarti bahwa manusia pada zaman tersebut tidak dapat berkomunikasi. Gerak isyarat dan tanda itu dalam komunikasi dikenal dengan komunikasi nonverbal. Hal ini tetap bisa dikattakan berkomunikasi meskipun dengan “bahasa” dan kemampuannya sendiri. Ringkasnya, mereka mengadakan komunikasi dengan sederhana sekali. Philip Liberman (1984) pernah mengatakan bahwa para ahli paleoantropologi menemukan bukti bahwa ukuran tengkorak panjang lidah, dan jaringan yang lain pada manusia menunjukkan pada kita letak pangkal tenggorokan dan kotak siara. Menurut para ahli tersebut dilihat dari beberapa alat tubuh, dapat disimpulkan bahwa manusia jaman dahulu kala tidak dapat berbicara seperti manusia sekarang.Dengan kata lain, mereka tidak bisa berbicara, karena tidak mempunyai kecukupan alat-alat untuk melakukan itu (seperti yang dimiliki manusia saat ini). Ini disebabkan struktur neurologis dan anatominya tidak mecukupi untuk melakukan hal itu.Sehingga perkembangan zaman dan alam yang akhirnya merubah kehidupan manusia tersebut, baik perubahan dalam bentuk fisik maupun perubahan pada kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
Lebih
dari beribu-ribu tahun lamanya, pola komunikasi tidak hanya digunakan, tetapi
juga mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu, tentunya sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki. Meskipun ada perkembangan dalam proses komunikasi,
proses itu belum mengarah pada penggunaan bahasa atau percakapan sebagai alat
komunikasi yang bisa dilakukan manusia dewasa ini. Perkembangan penting
komunikasi dalam era ini adalah digunakannya bahasa tanda dan isyarat sebagai
alat komunikasi. Munculnya tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi berasal
dari penyempurnaan penggunaan suara (geraman, tangisan, dan jeritan) sebagai
alat komunikasi.[4]
B. Zaman Bahasa Lisan
Zaman
komunikasi lisan ini berjalan kira-kira 300.000 sampai 200.000 tahun SM. Era
ini juga ditandai dengan lahirnya embrio kemampuan untuk berbicara dan
berbahasa secara terbata-bata dalam kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena
itu, manusia pada zaman ini sering disebut dengan homosapiens. Daripenelitian
yang pernah dilakukan, kemmapuan berbicara dalam sistem bahasa baru terjadi
sekitar 90.000 tahun sampai 40.000 tahun SM. Sementara itu bahasa secara
lengkap mulai digunakan kira-kira 35.000 tahun SM.
Manusia jenis Cro Magnon menjadi ciri utama era ini. Di awal periode kehidupannya, mausia jenis itu sudah mempunyai keahlian di dalam membuat peralatan yang berasal dari batu. Sebagaimana kita ketahui, budaya manusia awalnya dimulai dengan tulisan. Zaman Batu merupakan salah satu perkembangan awal pengenalan bahasa yang ditulis (meskipun hanya berupa gambar yang di buat pada batu). Meskipun perkembangan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan-penemuan mesin pencetak huruf di kemudian huruf, namun perkembangan komunikasi itu sendiri dimulai dengan kepandaian melukis hewan buruan di gua-gua yang diabadikan secara grafik kurang lebih 20.000 tahun yang lalu.[5]
Pada awal sejarah perkembangan manusia dalam mengenal tulisan, mereka telah memahat atau mengukir gambar binatang dan manusia pada tulang, batu, taring, dan bahan-bahan yang lain. Manusia pada era ini biasanya mewariskan lukisan indah pada dinding beberapa gua di daerah mereka tinggal. Ratusan gua itu pernah ditemukan di Spanyol dan Perancis bagian selatan. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi malaui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan ini mengemuka lewat perilaku manusia.
Ketika kita berbicara, kita sebenarnya sedang berperilaku. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukkan kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita juga sedang berperilaku. Sering perilaku-perilaku ini merupakan pesan-pesan, pesan-pesan itu kita gunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.[6]
C. Zaman Tulisan
Kecakapan
manusia berkomunikasi secara lisan menurut perkiraan berlangsung sekitar 50
juta tahun, kemudian memasuki generasi kedua di mana manusia mulai memiliki
kecakapan berkomunikasi melalui tulisan. Bukti
kecakapan ini ditandai dengan ditemukannya tanah liat yang bertulis di Sumeria
dan Mesopotamia sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Kemudian berlanjut dengan
ditemukannya berbagai tulisan di kulit binatang dan batu arca. Lalu secara
berturut-turut dapat disebutkan pemakaian huruf kuno di Mesir (3000 tahun SM),
alphabet Phunesia (1800 tahun SM), huruf Yunani Kuno (1000 tahun SM), huruf
Latin (600 tahun SM).[7]
Di
Mesopotamia kuno (berasal dari kata dalam bahasa Yunani yang berarti “tanah di
antara dua sungai”) banyak sekali kelompok yang menghentikan pengembaraannya
dan mulai membangun tempat tinggal yang permanen. Inilah kota-kota yang
pertama. Tahun 6000 SM, Lembah Sabit Subur juga menjadi tempat lahirnya
peradaban. Mendekati
tahun 3.500 SM, manusia memiliki gagasan untuk mengembangkan serangkaian
lambang yang sederhana yang dapat dipahami oleh kalangan luas, yaitu huruf.
Huruf mewakili suara yang diucapkan dan dengan berbagai cara, satu huruf dapat
digabungkan dengan huruf lain sehungga membentuk apa yang kita namkan kalimat.
Sistem ini disebut abjad fonetik.
Abjad
fonetik yang pertama berasal dari abjad baji yang dikembangkan oleh orang
Sumeria kuno. Penyebarannya yang luas hingga ke wilayah Mesopotamia membuatnya
menjadi pendahulu hieroglif Mesir. Abjad Baji lah yang menjadi cikal bakal
Abjad Ibrani maupun Abjad Arab. Selain itu, ia juga merintis abjad Yunani, yang
pada gilirannya mengantar hadirnya Abjad Romawi yang kini digunakan dalam
Bahasa Inggris, Perancis, Jerman dan sebagian besar bahasa-bahasa barat lainnya.
Abjad Sirilik yang digunakan di Rusia dan di negara-negara Slavia lain juga berkembang dari Abjad Yunani kuno. Abjad Cina yang lahir beberapa waktu kemudian setelah Abjad Tinur Tengah kuno, dipinjam oleh sebagian besar bangsa Asia, misalnya Jepang dan Korea, untuk dijadikan dasar abjad yang digunakan dalam bahasa masing-masing.[8]
Umat manusia sudah berada di muka bumi ini setengah juta tahun yang silam. Tulang-belulang Australopithecus yang baru-baru ini ditemukan, makhluk yang menyerupai kera yang oleh para ilmuwan dipercayai sebagai nenek moyang manusia modern, usianya empat juta tahun. Ada juga sebuah bukti bahwa 30.000 tahun yang lalu manusia sudah membuat peralatan dan hidup berkelompok di seluruh benua. Juga ditemukan petroglif, atau lukisan batu, yang usianya kurang-lebih 10.000 tahun, dan ada lukisan-lukisan rumit di dinding-dinding gua di Spanyol maupun Perancis yang kira-kira berumur 18.000 tahun.[9]
Sejarah tulisan sendiri merupakan salah satu dari proses pergantian dari gambaran piktografi ke sistem fonetis, dari penggunaan gambar ke penggunaan sesederhana untuk menyatakan maksud yang lebih spesifik.[10]
Tahun yang menandai manusia membentuk kelompok atau hidup bergerombol untuk pertama kalinya adalah athun 20.000 SM. Beberapa kelompok manusia hidup bersama di sebuah kemah yang acap kali dibuat setengah permanen. Awalnya, mereka tidak pernah menetap di suatu tempat, karena sifat dasar manusia adalah mengembara. Mereka berpindah tempat sesuai dengan musim dan menetap untuk sementara di suatu tempat d mana ditemukan sumber makanan mereka, antara lain, binatang buas dan tanaman musiman.
Setelah berlangsung ribuan tahun lamanya, sampailah manusia ke zaman tulisan (zaman ini muncul sekitar 5000 tahun sebelum masehi). Komunikasi tidak lagi dilakukan hanya dengan mengandalkan lisan, tetapi didukung pula oleh bahasa tulis. Sebuah prasasti yang ditemukan menginformasikan bahwa sekitar 4000 tahun SM ditemukan kota kuno di Mesopotamia dan Mesir. Sebagaian besar prasasti ini menggambarkan lukisan dengan kasar atau goresan pada dinding bangunan. Dari penemuan prasasti ini bisa dikemukakan bahwa sudah ada standarisasi makna pesan. Misalnya, secara sederhana gambaran matahari bisa berarti siang hari, membungkuk dengan tanda panah berarti memburu, dan garis yang berombak berarti danau atau sungai. Semua ini menjadi simbol awal dari sejarah kemunculan era tulisan. Beberapa lukisan di antaranya sudah mengunakan komposisi warna. Bahkan lukisan tersebut menjadi cikal bakal lukisan-lukisan saat ini. Manusia di zaman ini melukis banteng, rusa kutub, dan binatang lain yang mereka buru. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah membuat pakaian dari kulit binatang dan menmukan teknik pengerasan tanah liat dengan menggunakan api. Lukisan-lukisan yang dibuat oleh manusia jenis Cro Magnon ini bisa dikatakan menjadi bukti pertama usaha manusia terbaik pertama dalam upayanya menyimpan informasi.[11]
Sementara
itu tulisan alfabet muncul kurang dari seratus tahun kemudian dan berkembang
secara cepat. Tulisan tersebut menyebar ke seluruh dunia kuno, dan baru
beberapa abad kemudian sampai ke negeri Yunani. Lambat laun gagasan penggunaan
simbol huruf konsonan dan vokal muncul. Saat itu karakter yang dibutuhkan
kurang lebih seratus. Suatu jumlah yang sangat besar tentunya, karena padahal
sekarang ini kita hanya mengenal dua pulu enam karakter huruf. Sesudah
banyak variasi pembahasan sejarah perkembangan tulisan, satu kejadian yang
tidak boleh kita tinggalkan adalah peristiwa di Yunani. Bangsa ini telah secara
efektif dan sederhana mempunyai sistem standarisasi huruf. Sekitar 500 tahun
SM, mereka telah secara luas menggunakan alfabet.
Akhirnya,
alfabet orang-orang Yunani masuk ke Roma yang kemudian dibangun serta
dimodifikasi. Dewasa ini, kita menggunakan huruf-huruf kapital (majuscule) dan
huruf kecil (miniscule) yang berasal dari Roma itu. Lambat
laun sistem tulisan alfabet ini berkembang secara cepat dan lengkap. Tanpa
bantuan sistem tulisan ini bisa jadi populasi penduduk yang buta huruf akan
menjadi lebih besar. Perkembangan yang penting pun terjadi pula dalam ilmu
pengetahuan, lukisan, pemerintahan, dan keagamaan. Sekitar
2500 tahun (sebelum munculnya agama Kristen), orang Mesir menemukan metode
pembuatan jenis kertas yang dapat tahan lama dari papyrus. Dibandingkan dengan
batu, papyrus jelas lebih baik. Alasannya lebih mudah menulis di papyrus dengan
kuas dan tinta daripada memahat di atas batu. Papyrus itu sendiri asal-usulnya
ditemukan di muara Sungai Nil. [12]
The oldest books were quite unlike our modern ones. They were baked clay tablets that were used about 5.500 years ago, in Babylon and Nineveh in Asia Minor.
The
Egyptians who lived in the valley of the Nile found a better material than clay
to use for books. They used a reed-like plant, called “papyrus”.[13]
“Media
Buku dahulu adalah lempengan tanah liat yang dibakar, yang digunakan sekitar
5.500 tahun yang lalu, di daerah Babilonia dan Nineveh, sebuah daerah di Asia
Kecil. Orang-orang
Mesir yang tinggal di Lembah Sungai Nil menemukan bahan yang lebih bagus dari
pada tanah liat untuk dibuat menjadi buku. Mereka menggunakan semacam tanaman
yang disebut dengan papyrus.”
D. Zaman Kemunculan Retorika
Sebagai
cikal bakal ilmu komunikasi, retorika mempunyai sejarah yang panjang. Para ahli
berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Akan tetapi, retorika
sebagai seni bicara yang dipelajari dimulai pada abad kelima sebelum masehi,
ketika kaum Sofis di Yunani mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang
lain untuk mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan dengan
penekanan terutama pada kemampuan berpidato.
Pemerintah, menurut kaum Sofis, harus berdasrkan suara terbanyak atau demokrasi sehingga perlu adanya usaha membujuk rakyat demi kemenangan dalam pemilihan-pemilihan. Maka berkembanglah seni berpidato yang membenarkan pemutarbalikan kenyataan demi mencapai tujuan, yang terpenting khalayak bisa tertarik perhatiannya dan terbujuk.[14] Orang yang pertama-tama dianggap memperkenalkan oratori atau seni berpidato adalah orangYunanai Sicilia. Tetapi tokoh pendiri sebenarnya adalah Corax dari Srakuasa (500 SM). Dialah yang mula-mula meltakkan sistematika oratori atas lima bagian.[15]
Sudah
sejak permulaan perkembangan retorika menimbulkan perbedaan pendapat
(kontroversi) mengenai beberapa hal yang menyangkut retorika. Kontroversi
tersebut menyangkut persoalan pamakaian unsur stilistika, menyangkut hubungan
antara retorika dan moral, dan masalah pendidikan. dalam pidato-pidato.Kontroversi
pertama menyangkut persoalan: apakah perlu mempergunakan unsur-unsur stilistika
dalam pidato. Ada tiga aliran, yaitu yang menyetujui penggunaan unsur
stilistika, yang menolak, dan yang berada di luar aliran pertama dan kedua. Kontroversi
kedua menyangkut relasi antara retorika dan moral: apakah dalam pidato harus
juga diindahkan masalah moral. Dalam pidato biasanya tidak dikemukakan
pembuktian-pembuktian secara ilmiah. Pidato lebih banyak berbicara mengenai
kemungkinan-kemungkinan, karena pendengar biasanya adalah orang-orang yang
tidak berpendidikan, atau orang-orang yang tidak senang mendengarkan pidato.
Sebab itu Gorgias dari Leontini, berpendirian bahwa seorang orator harus
menyampaikan bukti-bukti baik mengenai keadilan dan ketidakadilan dengan cara
yang sama baik. Kontroversi
ketiga yang juga sudah timbul sejak permulaan perkembangan retorika adalah
masalah pendidikan. Kontroversi yang kedua mempunyai ikatan dengan yang ketiga
ini. Ahli-ahli retorika yang siap menerima tanggung jawab moral dalam retorika,
mengkritik rekan-rekan mereka yang mencoba memperoleh keuntungan dalam profesi
mereka, terutama dalam pengadilan. Akibatnya mereka juga tidak mencapai kata
sepakat mengenai topic mana saja yang harus dimasukkan dalam pelajaran retorika
di pusat-pusat pendidikan.[16]
Betapa pentingnya retorika dapat dilihat dari peranan retorika dalam demokrasi. Dalam hubungan ini terkenal seorang orator bernama Demosthenes (384-322) yang pada zaman yunani sangat termasyhur karena kegigihannya mempertahankan kemerdekaan Athena dari ancaman Raja Phillipus dari Macedonia. Pada waktu itu telah menaji anggapan umum bahwa di mana terdapat sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, di situ harus ada pemilihan berkala dari rakyat dan oleh rakyat untuk memilih pemimpin-pemimpinnya. Di mana demokrasi menjadi sistem pemerintahan, di situ dengan sendirinya masyarakat memerlukan orang-orang yang mahir berbicara di depan umum.
Demosthenes
pada masa jayanya itu meningkatkan kebiasaan retorika yang berlaku pada
zamannya, dan lebih menekankan pada:
a.
Semangat yang berkobar-kobar
b.
Kecerdasan pikiran,
c.
Kelainan dari yang lain[17]
Sementara itu di Romawiyang mengembangkan retorika adalah Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang menjadi termasyhur karena suaranya dan bukunya yang berjudul antara lain de Oratore. Sebagai seorang orator yang ulung, Cicero mempunyai suara yang beratmengalun, bahkan kadang-kadang pidatonya itu disertai cucuran air mata. Cicero mengajarkan bahwa dalam mempengaruhi pendengar-pendengarnya seseorang retor harus meyakinkan mereka dengan mencermnkan kebenaran dan kesusilaan. Dalam pelaksanaannnya retorika meliputi:
a. Investio
Ini
berarti mencari bahan dan tema yang akan dibahas. Pada tahap ini bahan-bahan
dan bukti-bukti harus dibahas secara singkat dengan memperhatikan keharusan
pembicara:
1.
mendidik
2.
membangkitkan kepercayaan
3.
menggerakkan hati
b.
Ordo Collocatio
Ini mengandung arti menyusun pidato yang meminta kecakan si pembicara dalam memilih mana yang lebih penting, mana yang kurang penting. Penyusun pidato juga diminta untuk memperhatikan:
1.
exordium (pendahuluan)
2.
narratio (pemaparan)
3.
confirmation (pembuktian)
4.
reputation (pertimbangan)
5.
peroratio (penutup) [18]
Demikian retorika di Romawi yang banyak persamaannya dengan retorika yang berlaku d Yunani.
Aristoteles
berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, sebuah
meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John Locke
(1632-1704), tokoh empirisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum
empiris, pada waktu lahir manusi tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini
didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan
pengetahuan.
Di Yunani, sejak abad kelima sebelum masehi, terkenal sebuah tempat pemujaan Apollo di Delphi. Ke tempat inilah raja-raja dan rakyat banyajk meminta nasihat. Seorang pendeta wanita duduk di atas kursi yang dipenuhi asap dari sajian pemujaan. Dalam keadaan fana, pendeta tersebut menjawab pertanyaan pengunjung, dari masalah kontes lagu sampai urusan agama dan politik. Ketika penjahat-penjahat di koloni Locri meminta nasihat bagaiman mengatasi kekacauan, orakel Delphi menjawab: “Buat hukum bagimu.” Ketika orang-orang bertanya siapa manusia paling bijak, dewa Apollo melalui mulut pendeta Delphi menjawab: ”Socrates”. Dari Delphi menyebar motto yang terkenal :Gnothi Seauthon (kenalilah dirimu). Motto ini mengusik para filsuf untuk mencoba memahami dirinya, sehingga kabarnya motto inilah yang mendorong berkembangnya filsafat di Yunani.[19]
E. Perkembangan Teknik Pengiriman Pesan
Meskipun
ada anggapan yang mengatakan adalah ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi
baik ide maupun pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis,
ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan
oleh perilaku masa lalu.[20]
Apa yang telah tejadi di masa lalu adalah sebuah pengalaman yang mengajarkan hal-hal untuk sesuatu yang baru. Pengalaman akan kesulitan berkomunikasi maupun pengiriman pesan dalam komunikasi itu sendiri telah mengajarkan manusia untuk terus mencari dan menyempurnakan suatu proses komunikasi yang lebih efektif daripada yang sebelumnya. Misalnya penentuan lambang atau simbol-simbol yang dipahami bersama, adalah pengaruh dari keterbatasan dan kesulitan berkomunikasi pada masa sebelumnya yang dikarenakan oleh belum ditentukannya kesamaan lambang dan simbol tersebut.
Sejak
zaman primitif sampai sekarang, semua kelompok manusia tergantung pada
komunikasi tatap mata, berhadap-hadapan. Akan tetapi diperlukan adanya sistem
mengirim pesan untuk mengatasi ruang dan waktu. Dikisahkan
bahwa Persia tua telah mendirikan serangkaian menara yang dinamakan “pos
seruan”, dan menempatkan orang yang bersuara nyaris dan keras atasnya untuk
meneruskan berbagai pesan dengan cara berteriak, beranting dari satu menara ke
lain menara.Orang
Romawi mengoperasikan suatu organisasi pelayanan kurir yang dinamakan cursus
publicus. Antara tahun 1305 sampai awal tahun 1800-an, perusahaan House of
Taxis telah meneylenggarakan suatu bentuk pelayanan kkilat berkuda di seluruh
Eropa. Pada tahun 1628, organisasi ini memperkerjakan 20.000 karyawan. Para
kurirnya berseragam biru dan perak menjelajahi seluruh Eropa dengan membawa
pesan antara para pangeran dan jenderal, saudagar dan peminjam uang.[21]
Kantor
pos adalah saluran pertama yang terbuka lebar bagi komunikasi era industri.
Pada tahun 1837, kantor pos Inggris bukan saja membawa berbagai pesan kaum
elit, tetapi juga melayani 88 juta kiriman setahun, suatu komunikasi yang luar
biasa volumenya dalam ukuran waktu itu.Pada
tahun 1960, ketika era industry mencapai puncaknya, jumlah itu mencapai 10
milyar kiriman. Pada tahun yang sama, kantor pos Amerika Serikat
mendistribusikan rata-rata 355 kiriman pos dalam negeri persetiap pria, wanita,
dan anak di negeri itu.[22]
F.
Kemajuan Teknologi Komunikasi
Komunikasi
makin berkembang dengan ditemukannya mesin cetak di Cina pada abad ke-10 yang
mluas ke Jepang abad ke-12. Akhirnya komunikasi mulai dapat menembus jarak dan
waktu, terutama setelah Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun
1440. Perkembangan
komunikasi makin sempurna dengan adanya berbagai penemuan baru. Louis Daguerre
menemukan fotografi yang dapat mengabadikan rupa dan peristiwa (1822). Samuel
Morse menemukan telegrafi jarak jauh pertama (64 KM: 1844). Thomas
Alva Edison menemukan perekam bunyi (fonograf) pertama, yang dapat mengabadikan
komunikasi lisan secara praktikal (1877). Alexander Graham Bell menemukan
telpon yang dapat mempercepat komunikasi pengganti suara yang sangat memakan
waktu dan tenaga (1876). Guglielmo
Marconi menemukan radio telegrafi (1898), disusul penemuan radio teleponi oleh
Reginald Fressenden(1900). Malam Natal tahun 1906, Fressenden merintis siaran
radio pertama di dunia. Selanjutnya
Edison menemukan film bicara (1913). Televisi dirintis oleh Paul Nipkov (1883).
Sejak tahun 1935, televisi merupakan alat komunikasi mutakhir.
Sementara itu teleks muncul di eropa awal tahun 30-an:jaringannya meluas setelah Perang Dunia II, yang mempercepat penyampaian berita dalam media massa. Setelah itu ditemukannya kapal api oleh Robert Fulton (1807), kereta api oleh George Stephenson (1825), serta pesawat terbang oleh dua bersaudara Wilbur dan Orville Wright (1903), merupakan penyempurnaan teknologi pengangkutan yang langsung mempengaruhi kelancaran komunikasi.[23] Tahun-tahun tersebut adalah tahapan di mana komunikasi terus mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Bahkan di masa sekarang kita mengenal yang namanya internet, handphone, komputer, serta beragam teknologi komunikasi yang sudah menggunakan teknik digital.
The
early development of writing, paper, and printing took place in the Middle East
and China. In 105 c.e. the Chinese began making paper from rags, but it was not
until 700 c.e. that Arab traders brought this new technology to the West.
Earlier, during the T’ang Dynasty in China (618-906 c.e.), Chinese printers
used wooden blocks to print characters, than developed movable day type in
1000. The Koreans further refined the printing process by developing movable
metal type in 1234. However, this inventions did not spawn a large printing
industry. Printing did not evolve further until the fifteenth century when
Johannes Gutenberg of Germany (re)discovered movable type and Europeans began
to further develop and exploit the printing press.[24]
Perkembangan
teknologi komunikasi diawali oleh penemuan sebuah alat cetak pada tahun 1041.
Meskipun Johann Gutenberg, seorang yang berkebangsaan Jerman, dikenal sebagai
orang yang membuat cetak-mencetak menjadi poses yang jauh lebih cepat dan
ekonomis di tahun 1436, namun pemikiran Gutenberg ini bercikal dari sebuah
penemuan awal alat cetak di Cina pada tahun 1041 tadi.
Seorang
bernama Bi Zheng di Cina diakui secara umum sebagai pencipta keterampilan
cetak-mencetak. Tahun 1041, ia mencetak dokumen-dokumennya yang pertama dengan
menggunakan cetakan huruf yang sudah ia bakar dalam tanah liat dan kemudian
dibentuk menjadi kalimat. Proses Bi Zheng diperbaiki oleh Wang Zhen pada tahun
1298, yang membuat huruf-hurufnya dari kayu keras dan selanjutnya mencetak
buku-buku dan bahkan surat kabar.[25]
Dengan demikian di Asia, cetak-mencetak sudah berlangsung sejak sekitar 100 tahun yang lalu, terutama di Cina dan Korea. Teks dan gambar diukirkan pada kepingan papan, logam atau tanah liat, kemudian acuan stempel itu diberi tinta, ditumpangi selembar kertas lalu di tekan rata. Di Eropa cara mencetak semacam itu pertama kali disempurnakan oleh Johann Gutenberg, yang hasil penyempurnaannya itu merupakan salah-satu hasil karya terbesar dalam sejarah sampai saat ini.[26] Sejak saat itu industri percetakan pun mulai dan terus berkembang.
Masa Renaisans yang dikenal sebagai masa kebangkitan Romawi dan Yunani Kuno, yang merupakan masa hidupnya hampir sebagian besar tokoh-tokoh penemu bersejarah, termasuk masa di mana Johan Gutenberg lahir dan mematenkan hasil karyanya, akhirnya berakhir. Kehidupan terus berjalan dan penciptaan-penciptaan tidak berhenti bermunculan.
Dari keempat jenis media massa maka pers dalam artian surat kabar dan majalah merupakan media tertua. Film, radio, televisi adalah media yang lahir setelah surat kabar dan majalah. Menurut sejarah pers, surat kabar yang tertua adalah Notizie Scritte di Vinesia yang terbit pada tahun 1566. Sedangkan majalah yang pertama diterbitkan adalah Gentelman’s Megazine pada tahun 1731 di London. Sampai akhir abad 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh suratkabar dan majalah. Media Massa lainnya belum lahir.sekarang suratkabar dan majalah sudah mengalami kemajuan sangat pesat sesuai dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih. Kalau pada mulanya suratkabar dan majalah hanya dicetak dengan tinta hitam saja, sekarang dicetak dengan banyak warna atau disebut full-colour.
Teknik
percetakan yang sudah semakin maju telah mngantarkan bentuk suratkabar dan
majalah semakin baik dan indah. Selain dari itu, tekhnik penulisan isi
redaksionalnya sudah semakin baik pula. Perkembangan
terakhir adalah diperlukannya teknik percetakan jarak jauh. Cetak jarak jauh
ini telah diterapkan oleh beberapa suratkabar besar di dunia. Suratkabar yang
dulunya hanya dicetak di London, sekarang dalam waktu bersamaan juga dicetak di
Hongkong. Teknik ini juga akan berlaku di Indonesia. Tekhnik cetak jarak jauh
tentu akan memudahkan pendistribusian media cetak ke daerah, sehingga waktu
pengiriman bisa dipangkas.[27]
Sementara itu, juga di abad ke-19, saat mesin uap mampu menaikkan kecepatan yang ditempuh kendaraan baik di darat ataupun di laut, dengan jelas muncul kebutuhan sebuah sarana komunikasi langsung jarak jauh. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang terciptanya komunikasi secara jelas meski berada pada tempat-tempat yang begitu jauh dari pandangan mata. Dalam pengertian bahwa komunikasi itu harus lebih cepat dari kecepatan kapal maupun kilat. Tahun 1791, Abbe Claude Chappe (1763-1805) menyatukan dua kata menjadi sebuah istilah, telegram optik, untuk menggambarkan digunakannya sederet menara untuk mengirimkan sebuah pesan yang kasat mata oleh satu menara dari satu menara sebelumnya. Sistem Chappe ini membutuhkan 120 menara berjajar yang mampu mengirimkan sebuah pesan antara Paris dan Laut Tengah dalam waktu kurang dari satu jam, yang berarti lebih cepat dari kuda tunggang yang tercepat.
Semua
sistem ini bergantung pada sinyal-sinyal yang kasat mata. Telegram merupakan
sebuah terobosan dalam komunikasi karena ini memungkinkan terjadinya komunikasi
instan antara dua orang yang tidak berhadapan muka. Gagasan untuk mengirimkan
pesan-pesan sandi dengan sarana kabel yang masing-masing mewakili setiap huruf
dalam abjad.[28]
Selanjutnya perkembangan dari telegram ini adalah penemuan yang dilakukan oleh Michael Faraday (1791-1867) yang mampu membuktikan bahwa getaran-getaran logam dapat diubah menjadi impuls-impuls listrik. Inilah yang menjadi cikal-bakal diciptakannya telepon oleh dua orang yang bekerja secara terpisah di Amerika Serikat. Mereka adalah Alexander Graham Bell (1847-1922) kelahiran Skotlandia dan Elisha Gray (1835-1901). Keduanya mematenkan karyanya di New York pada tanggal 14 Februari 1876. Namun, karaya Bell mampu mengalahkan karya Gray. Meskipun Gray yang pertama kali membuat diafragma/alat penerima elektromagnit baja pada tahun 1874, tapi ia tidak menguasai desain pemancar yang mudah digunakan sebelum Bell berhasil membuatnya.[29]
Sebelum
berkembangnya televisi sebagai media massa, dunia telah lebih dulu dipikat oleh
kemunculan film. Film
dimasukkan ke dalam kelompok Komunikasi Massa. Selain mengandung aspek hiburan,
juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada
suratkabar atau mserta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta
terjadi. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita
bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dalam
film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa baru
dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film “The Story of
Crime” di Perancis dan Edwar S. Porter membuat film “The Life of an American
Fireman” tahun 1992. Film
yang mempunyai suara baru ditemukan pada tahun 1927. Dari masa ke masa, film
mengalami perkembangan, termasuk soal warna yang semula hitam putih sekarang
sudah berwarna. Namun sekarang ini, film tidak populer disebut sebagai
komunikasi atau media massa, karena media massa lebih berkonotasi kepada media
yang memuat berita yang digarap oleh para reporter atau wartawan. Film lebih
banyak difahami sebagai media hiburan semata yang diputar di bioskop dan
televisi. [30]
Baru setelah tahun 1946, kegiatan dalam bidang televisi tersebut tampak dimulai lagi. Pada waktu itu, di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar. Tetapi kemudian, karena situasi dan kondisi yang mengizinkan serta perkembangan tekhnologi, maka jumlah studio/pemancar televisi pun meninglat dengan hebatnya. Pekembangan ini dimulai dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seseorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nikov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nikov diakui sebagai “Bapak Televisi”. Televisi mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat (AS) pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya “World’s Fair” di New York, namun sempat terhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Sekarang , sudah sekitar 750 stasiun televisi terdapat di negara Paman Sam itu. Tak heran, bila televisi akhirnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di seluruh penjuru AS dan merupakan kekuatan yang luar biasa dalam komunikasi massa. Lebih dari 75 juta pesawat televisi digunakan secara tetap.[31]
Pada
tahun 1946, televisi dinikmati sebagai media massa ketika khalayak dapat
menonton siaran Rapat Dewan Keamanan PBB di New York. Dewasa ini, setiap negara
telah mempunyai pemancar televisi. Bahkan melalui parabola sebagai sambungan
satelit, pemirsa dapat menikmati siaran dari luar negaranya seperti yang terjadi
di Indonesia. Dengan demikian arus berita dan informasi lewat televisi semakin
beragam. Namun
demikian, penyiaran televisi ke rumah pertama dilakukan pada tahun 1928 secara
terbatas ke rumah tiga orang eksekutif General Electric, menggunakan alat yang
sederhana. Sedangkan penyiaran televise secara elektrik pertama kali dilakukan
pada tahun 1936 oleh British Broadcasting Coorporation. Semenata di Jerman
penyiaran TV pertama kali terjadi pada tanggal 11 Mei 1939. Stasiun televisi
itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai pengahargaan terhadap Paul Nikov.[32]
Televisi
selain menyajikan aspek hiburan, juga menyiarkan berita, yang ada antaranya
bersifat sosial kontrol. Karena itu, televisi sebagai media massa telah menjadi
salah satu kebutuhan masyarakat di rumah tangga masing-masing. Sebagai
media massa yang muncul belakangan dibandingkan media cetak, televisi baru
berperan selama tiga puluh tahun. ‘Kotak ajaib’ ini sendiri lahir setelah
adanya beberapa penemuan tekhnologi, seperti telepon, telegraf, fotografi (yang
bergerak dan tidak bergerak) serta rekaman suara. Terlepas dari semua itu, pada
kenyataannya media televisi kini dapat dibahas secara mendalam, baik dari segi
isi pesan maupun penggunaannya.
Selang seabad kemudian, pada malam tanggal 30 oktober 1938, ribuan masyarakat Amerika panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk mars yang mengancam peradaban manusia. Karena belum pernah terjadi maka serentak seluruh masyarakat Amerika tegang dan kalang kabut. Akibat peristiwa tersebut para pakar peneliti sosial tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Karena hal tersebut menggambarkan keperkasaan media dalam hal mempengaruhi khalayaknya. Karena dengan media orang bisa berebut kekuasaan dengan mudah seperti yang dilakukan oleh Hitler, Musolini, dan Lenin.[33]
Guglielmo Marconi (Griffone, dekat Bologna, 25 Aprl 1874-Roma, 20 Juli 1937). Insinyur lektro Italia; adalah orang pertama yang pada tahun 1895 berhasil melakukan pengiriman sinyal tanpa kawat melewati jarak + 2 km, dengan suatu pesawat pemancar dan pengirim buatannya sendiri,kedua-duanya dilengkapi dengan antena penemuannya sendiri pula. Pada tahun 1898 berhasil dijalin hubungan telegraf tanpa kawat antara Inggeris dan Perancis; tahun 1909 dia menerima hadiah Nobel untuk ilmu alam bersama K. F. Braun, penemu tabung sinar elektron dan penerap lingkaran getaran pada radio telegrafi penemuan Marconi.[34]
Penyiar informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio dimulai hampir bersamaan. Tetapi yang terkenal ialah penyiaran kegiatan pemilihan umum presidan Amerika Serikat pada tanggal 2 November 1920 yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan teratur kepada masyarakat. Sementara di Amerika Serikat orang yang dinilai berjasa dalam penemuan radio adalah Dr. Lee De Forest dan Dr. Frank Conrad, yang berperan dalam penemuan radio di tahun 1920.
Usaha
Marconi ketika itu baru berhasil pada tahap mengirimkan gelombang radio secara
on dan off (nyala dan mati), sehingga baru bisa menyiarkan kode telegraf. Lee
De Frost lalu menemukan vacumm tube yang berfungsi menangkap sinyal radio
walaupun lemah. Sementara Frank Conrad secara regular menyiarkan produk-produk
sebuah department store di AS. Akibat siaran ini, angka penjualan pesawat radio
meningkat tajam hingga 500 ribu buah pada tahu 1923, atau meningkat 5 kali
lipat dibangingkan tahun berikutnya.[35]
Radio sebagai media elektronik, dimasukkan kepada komunikasi massa, karena ada berita yang disiarkan secara luas dan dapat di dengar oleh orang banyak. Untuk berita, radio mempunyai reporter khusus yang mencari dan mengolah berita. Sekarang radio masih tetap memainkan perannya sebagai media massa, meskipun televisi dan surat kabar atau majalah mengalami kemajuan pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Tapi radio mempunyai kelebihan tersendiri, sebab seorang dapat mengikuti sambil tetap melakukan pekerjaannya. Berbeda dengan surat kabar atau televisi yang memerlukan penglihatan.
Perkembangan
mutakhir dari teknologi komunikasi adalah kemunculan internet yang merebak
dengan cepat. Sebelum membahas tentang internet, terlebih dahulu kita bahas
mengenai penemuan komputer sebagi sarana yang digunakan untuk emngakses
internet. Komputer
pertama yang bernama Colossus 1, dibuat di Amerika Serikat pada awal tahun
1941. Perkembangan-perkembangan sebelumnya, yang merintis lahirnya komputer
modern adalah dimulai dari berkembangnya aljabar logik dari George Boole
(Inggris), yang dikembangkan oleh Charles Babbage yang menghasilkan kalkulator
manikal yang dinamakan ‘Differential Engine’. Dari
perkembangan tersebutlah, lalu pada tahun 1937 seorang insyinyur Amerika,
howard Aiken merancang IBM Mark 7, yang menjadi cikal-bakal dari komputer besar
masa kini, yang mengunakan tabung hampa udara dan memiliki tombol-tombol
elektromagnetik, bukan elektronik. Komputer
elektronik yang pertama yang telah dituliskan bernama Colossus 1, akhirnya
dibuat oleh Alan Turing dan M.H.A Neuman, untuk pemerintah Britania di
universitas Manchester.[36]
Dari
kemunculan komputer inilah yang di kemudian hari terus mengembang dan akhirnya
lahirlar fasilitas internet. Internet adalah sejenis media massa yang agak
baru. Tahun
1972 merupakan awal kelahiran jaringan internet, yaitu dengan adanya proyek
yang menghubungkan antara jaringan komunikasi pada jaringan komputer ARPANET.
Proyek tersebut telah menetapkan sebuah metoda baru untuk menghubungkan
berbagai macam jaringan yang berbeda yang dikenal sebagai konsep gateway. Pada
tahun 1973-1977, dikembangkan protokol TCP/IP (Transmission
Control/Internetworking Protocol). Protokol ini digunakan untuk pengiriman
informasi yang dikenal sebagai paket (packet).[37]
Internet
baru dimanfaatkan di Indonesia pada tahun 1996. Seseorang yang mempunyai
pesawat komputer dapat menyambungkannya dengan jaringan komputer lainnya lewat
satelit. Perbedaannnya dengan teknologi komunikasi lainnya bahwa internet dapat
dibuat oleh orang perorang, bukan hanya oleh satu lembaga yang bergerak dalam
penyiaran informasi.Informasi
yang dibuat seseorang dapat diketahui oleh banyak orang sepanjang orang lain
tersebut mempunyai jaringan. Karena dapat diakses oleh publik inilah, maka
internet dapat dikategorikan sebagai media massa. Lebih
dari lima orang Amerika dewasa mengggunakan internet di rumah, kantor atau
sekolah, dan di atas 10% menggunakannya setiap hari. Dari karakteristik jenis
kelamin hampir sama banyaknya lelaki dengan perempuan yang menggunakan web
(situs).[38] Internet
merupakan aktivitas mereka sehari-hari. Situs juga menjadi sumber informasi
untuk hiburan dan informasi untuk perjalanan wisata. Pengguna internet
bergantung pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna
internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya.[39] Namun
demikian kehadiran internet yang mewabah dengan cepat serta mampu membuat para
penggunaya menjadi ketagihan telah memberikan dampak mengejutkan terutama pada
perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet. Seirng berjalannya waktu internet
menjadi seperti media komunikasi yang lazim ditemukan. Siapapun nyaris bisa
mengakses layanan internet kapan dan di manapun. Sehingga tarif internet
menjadi murah. Sebagaimana yang dituliskan Joseph Straubhaar dan Robert LaRose
dalam buku “Media Now”:
At
the turn of the century, the Web began to converge with conventional electronic
media as many of the “dot-com” companies that pioneered the internet ran out of
money and died. Consumer interest, in on-line information, entertainment, and
electronic shopping, or e-commerce, reached levels comparable to the early days
of radio or television. Home computer ownership surpassed 50 percent as
personal computer prices plummeted. Forty percent of all U.S. consumers had
acces ti the internet at home, school or work, although many minority and
low-income families were left behind by the internet craze (NTIA, 2000).
To
reach the millions of eyeballs now glued to the Web,conventional media rolled
out Web versionof their products and ivested in internet properties, internet
active televition and on-line newspaper aimed to intergrate Web content with
the conventional media consumption experience within the framework of
conventional advertising-supported media. Cable TV systems offered internet
service, telephone companies placed calls over the internet and traditional
broadcasters like NBC AOL’s acquisition of the Time Warner media conglomerate
in 2000 marked the beginning of a new phase of integrating “old media” with the
new internet media to take advantage of the strengths of both.[40]
Pengaruh Perkembangan Teknologi Komunikasi
Saat
ini, selain disibukkan oleh upaya penemuan maupun pengembangan-pengembangan
sarana teknologi komunikasi yang lebih baik, masyarakat juga mulai melakukan
penelitian-penelitian mengeai dampak dari perkembangan teknologi komunikasi
tersebut. Globalisasi
media massa berawal pada kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi semenjak
dasawarsa 1970-an. Dalam pengertian itulah kita bertemu dengan beberapa istilah
populer, banjir komunikasi, era informasi, masyarakat informasi atau era
satelit. Perkembangan
masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih
menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi dilain
pihak secara timbal-balik ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula
terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa
ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif, melainkan yang
negatif destruktif. Lalu para pakar komunikasi mempertanyakan fungsi media
massa itu.[41]
Arus informasi meluas keseluruh dunia, globalisasi informasi dan media massa pun menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi acara liputan. Pada akhirnya, sistem media masing-masing negara cenderung seragam dalam hal menentukan kejadian yang dipandang penting untuk diliput. Peristiwa yang terjadi di suatu negara, akan segera mempengaruhi perkembangan masyarakat di negara lain. Atau dengan kata lain, menurut istilah John Naisbitt dan Patricia Aburdence dalam bukunya Megatrend 2000 (1991), dunia kini telah menjadi ‘global village’.
Revolusi informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru, sehingga mempermudah manusia untuk saling berhubungan serta meningkatkan mobilitas sosial. Disamping itu, kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi pun mampu mengatasi jarak ruang dan waktu. Salah seorang pakar komunikasi Abdul Muis, dalam tulisannya di majalah Analisis CSIS (1991) menyebutkan, “… kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi menghadirkan aneka ragam saluran (media) yang kian lama kian canggih dan memungkinkan segala macam kejadian”. Akan tetapi di lain sisi, globalisasi informasi dan komunikasi tidaklah sepenuhnya membawa kebahagiaan bagi semua orang, masyarakat atau bangsa. Pengetahuan dan preferensi yang cenderung seragam terhadap informasi di masing-masing negara justru dapat menumbuhkan perbedaan atau kesenjangan internasional dalam berbagai bidang. [42]
Terjadinya pemekaran jenis-jenis media sebagai akibat kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi yang luar biasa, globalisasi media pun meningkat dalam kualitas jaringan internet global (cybercommunication) telah menciptakan sebuah jalan raya yang syarat informasi yang amat luas dan seakan-akan tidak berujung (information super haigway) komunikasi internet cenderung menjadi sebuah jenis media massa baru, karena penggunaan internet sudah massal. Internet diibaratkan sebuah “dunia maya’ (dunia mimpi) tatkala TV telah menjadi begian terpenting dalam budaya komunikasi umat manusia “istilah kodok dalam tempurung” sudah mulai berubah tempurung kepala mulai berlubang-lubang kata seorang pengamat komunikasi manca negara. Dan kodok yang sudah lama tinggal di dalamnya sudah mulai bisa melihat ke seluruh pelosok dunia (TV disebut jendela dunia).Sedangkan ketika kemudian muncul internet yang membentuk jaringan komunikasi dan informasi sejagat. Tempurung kepala itupun terbalik. Akibatnya sang kodok memperoleh kekuasaan meloncat-loncat ke seluruh dunia dengan kendaraan komputer.Sebagai konsekuensi keberadaan cybercom, agaknya diperlukan undang-undang hukum pidana yang mengatur jaringan internet global ata antar bangsa (international cyberlow) untuk bekerja sama untuk melawan dampak buruk cybercom atau yang merugikan nilai-nilai budaya sutu bangsa.
Dalam
globalisasi media massa (yang di perkuat dengan kemunculan berbagai saluran
komunikasi massa yang kian canggih khususnya internet). Globalisasi media massa
cenderung mendorong perluasan aspirasi kebebasan menyatakan pendapat atau
kebebasan informasi di masing-masing negara. Di
Indonesia aspirasi kebebasan itu ingin mengutamakan pembatasan yuridis melalui
pengadilan. Namun, karena sistem yang berlaku di zaman orde baru tidak/belum
memungkinkan hal itu, maka aspirasi kebebasan itu lebih pada hiburan yang
kurang sehat justru tidak lagi sesuai dengan tuntutan sistem budaya
(norma-norma agama) terjadi secara kontroversi atau kejanggalan. Khalayak
media dalam globalisasi informasi berdiri di tengah-tengah polusi
kebudayaantanpa perlindungan karena institusi-institusi tradisional tidak lagi
sanggup berperan sebagaimana mestinya. Arus
globalisasi informasi (yang membawa nilai-nilai baru bagi Indonesia).
Globalisasi media massa dapat berdampak keresahan dan gejolak sosio cultural di
masing-masing negara. Hal itu disebabkan oleh pengaruh media global (informasi
global). Meskipun
demikian, bagi bangsa Indonesia agaknya tolak ukur atau acuan dasar yang masih
bisa diandalkan untuk memahami arus globalisasi nilai(yang dibawa oleh
globalisasi media massa dan informasi) ialah nilai-nilai agama.
Pada dekade 1950-an, pemerintah di negara-negara berkembang memanfaatkan radio siaran untuk menyebarkanpesan-pesan pembangunan, terutama bidang pertanian, yang di tujukan kepada masyarakat pedesaan. Komunikasi pembangunan melalui radio siaran itu oleh para ahli komunikasi dinilai efektif, terutama setelah dikembangkannya Radio Farm Forum yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai kelompok pendengar. Berkembangnya Radio Farm Forum ittu adalah berkat kegiatan UNESCO yang pada tahun 1956 menetapkan India untuk benua Asia dan Ghana benua Afrika sebagai pilot project guna menerapkan pola Kanada sebagai negara yang pertama kali melaksanakan gagasan Radio Farm Forum. Indonesia mengembangkan Radio Farm Forum atau kelompok pendengar itu sejak bulan September 1969. Apabila komunikasi melalui radio tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat, tudak demikian dengan media televisi.
Negara-negara berkembang mengoperasikan televisi siaran mulai dekade 1905-an. Filipina memulainya pada tahun 1952, Indonesia pada tahun 1962, Malaysia dan Singapura pada tahun yang sama, yakni tahun 1963. Daya tarik media televisi sebagai media elektronik, setelah memasyarakatnya media radio sifatnya aural (hanya dapat didengarkan), televisi sifatnya audio-visual (selain dapat didengarkan, juga dapat dilihat) dan segala sesuatunya berlangsung “hidup”, seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi.[43] Selain menayangkan berita-berita musibah, televisi ternyata juga menjadi slauran produksi dari beberapa karya sinematografi dan sinema elektronik, baik dalam bentuk film maupun “live music”. Kebebasan media tv dalam menayangkan film-film yang berbau porno, sadis atau menyangkut SARA, sering menimbulkan polemic da konflik di antara pakar-pakar komunikasi massa, para agamawan, bahkam kaum moralis.[44]
Kita
akan melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap khalayak dengan mengulas
secara sepintas penjelasan Melvin Defleur dan Sandra Ball-Rokeach tentang
teori-teori komunikasi dan pendekatan motivasional dari model uses and
gratification (penggunaan dan pemuasan). Teori
Defleur dan Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan Media. Pertemuan
antara khalayak dan media berdasakan tiga karangka teoritis:
a.Perspektif
perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis
individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan,
dan bagaimana dia memberi makna dari stimuli tersebut.
b.Perspektif
kategori sosial berasumsi bahwa di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok
sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.
c.Perspektif
hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal
dalam mempegaruhi reaksi orang terhadap media massa.[45]
Sesuai
dengan tujuannya, komunikasi massa mempunyai fungsi untuk memberikan
kinformasi, menghibur dan mempegaruhi. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi
akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pembaca, pendengar dan
penontonnya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri
tidak berjalan. Dampak
komunikasi massa, selain positif juga mempunyai dampak negatif. Pengelola
komunikasi massa dapat dipastikan tidak berniat untuk menyebarkan dampak
negatif kepada khalayaknya. Semua orang menginginkan pengaruh yang positif.
Apabila terdapat dampak negatif, bisa dikatakan sebagai efek samping. Namun
efek samping itu cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.Komunikasi
massa harus mempunyai efek menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan
menggerakan perilaku kita. Efek yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat
pada tiga aspek. Ketiganya adalah efek kognitif, afektif, dan behavioral.
1.Efek
Kognitif
Pembaca
suratkabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton televise merasa
mendapatkan pengetahuan setelah membaca, mendengar, dan menonton. Banyak ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi tersebut, sehingga komunikasi atau
media massa dijadikan sebagai kebutuhan utama setiap hari. Apabila media
massaaa tersebut telah berhasil menambah wawasan atau pengetahuan, maka sudah
dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai pengaruh secara kognitif.
2.
Efek Efektif
Komunikasi
massa juga akan memberikan dampak atau efek efektif kepada khalayaknya. Efek
efektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap dan perasaan. Dalam membaca
berita sedih dalam majah atau suratkabar, seseorang juga terseret perasaan
sedih. Demikian juga sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton
peristiwa lucu di televise. Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika
mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat terbang yang mengakibatkan ratusan
penumpang meniggal seketika.
3.
Efek Behavioral
Setelah
mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan sesuatu, maka efek yang
terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku dari pembaca, pendengar,
dan penonton. Bila televisi menyebabkan anda lebih mengerti bahasa Indonesia,
maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila anda membaca
penderitaan orang miskin, lalu tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan
efek prososial efektif. Tetapi bila anda telah mengirimkan wesel kepada
penderita tersebut, maka itu disebut efek prososial behavioral.[46] Lapangan
dampak atau efek komunikasi massa beradapada ketiga sector tersebut, yakni pada
pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan sikap perilaku (behavioral).
Selain itu, bila ditinjau dari fungsinya media massa atau media komunikasi memiliki pengaruh persuasif. Apa persuasif itu? Banyak definisi yang dikemukakan: mengubah sikap dan perilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis, menanamkan opini baru, dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan.[47] Maka persuasi adalah suatu proses timbale balik yang di dalamnya komunikator, dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif pada orang lain.[48]
Dalam
buku Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy. M. A.: pengertian komunikasi persuasif
adalah komunikasi yang dilakukan agar orang lain bersedia menerima suatu paham
atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau keyakinan, dan lain-lain. Di
dalam masyarakat demokrasi, maka persuasif bukan merupakan pembujukan terhadap
seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang lain. Akan tetapi
persuasif merupakan suatu tekhnik mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau
menggunakan data dan fakta psikologis dan sosiologis dari komunikasi. Masing-masing
media massa mempunyai kelebihan dan kelemahan. Namun yang kelihatan sama adalah
ciri-ciri dari komunikasi massa tersebut, sebagai berikut:
1.Komunikasi
Satu Arah, di mana semua media massa tadi dilancarkan oleh sumbernya kepada
khalayak ramai tanpa dapat diresponi pada waktu bersamaan sebagaimana terjadi
pada komunikasi personal. Antara komunikator dan komunikan tidakdapat merasakan
reaksi masing-masing.
2.Komunikator
pada komunikasi massa melembaga, yakni informasi yang disiarkan bersumber dari
satu lembaga, kecuali internet yang dapat disiarkan orang secara pribadi.
Sebagai komsekuansi institusi, seorang yang memiliki informasi barudapat
menyiarkan setelah bekerjasama dengan orang lain dalam lembaga tersebut.
Seorang wartawan yang telah menulis berita belum serta merta dapat
menyiarkannya kepada pembacanya tenpa dibantu oleh pekerja lain di redaksi atau
percetakan.
3.Pesan
pada komunikasi massa bersifat umum. Media massa tidak akan menyiarkan
informasi yang bersifat khusus seperti pesan yang hanya diperlukan seseorang
atau kelompok tertentu. Informasi yang disiarkan adalah informasi
yangdiperlukan orang banyak.
4.Media
Komunikasi massa menimbulkan keserempakkan. Artinya dalam waktu yang bersamaan,
masyarakat banyak dapat mengetahi informasi secara serentak. Misalnya siaran
televisi.
5.Komunikan
komunikasi massa heterogen. Media massa tidak dapat menyiarkan informasi hanya
untuk jenis orang tertentu saja. Dengan kata lain pembaca tak dapat dibatasi
untuk orang tertentu. Tetapi ia memberikan porsi untuk semua orang tanpa
memandang umur, jenis kelamin, bangsa dan siapa saja yang dapat membaca,
mendengar dan menontonnya.[49]
Dengan demikian dapat ditarik dua buah kesimpulan mengenai patokan perkembangan komunikasi pada zaman sebelum masehi hingga zaman mulainya tahun masehi.Pada tahun-tahun sebelum masehi, kemajuan proses komunikasi dimulai pada saat ditentukannya seperangkat lambang dan simbol-simbol yang dapat dipahami maknanya secara luas. Perkembangan selanjutnya adalah ditemukannya sejumlah sarana untuk menulis maupun menggambarkan lambang dan simbol-simbol tersebut. Meskipun pada akhirnya aksara atau huruf ditemukan, namun lambang dan simbol-simbol berupa gambar-gambar lebih dulu ditentukan sebagai pengganti suara dalam berkomunikasi.
Kesimpulan
Dengan demikian dapat ditarik dua buah kesimpulan mengenai patokan perkembangan komunikasi pada zaman sebelum masehi hingga zaman mulainya tahun masehi.Pada tahun-tahun sebelum masehi, kemajuan proses komunikasi dimulai pada saat ditentukannya seperangkat lambang dan simbol-simbol yang dapat dipahami maknanya secara luas. Perkembangan selanjutnya adalah ditemukannya sejumlah sarana untuk menulis maupun menggambarkan lambang dan simbol-simbol tersebut. Meskipun pada akhirnya aksara atau huruf ditemukan, namun lambang dan simbol-simbol berupa gambar-gambar lebih dulu ditentukan sebagai pengganti suara dalam berkomunikasi.
Sedangkan untuk periode modern, meskipun dasar penemuan mesin cetak ditemukan di Cina pada abad ke-10, namun teknologi komunikasi baru dinyatakan berkembang pada tahun 1440, yaitu tahun di mana mesin cetak yang lebih efisien ditemukan oleh Johannes Gutenberg. Hal ini disebabkan karena baru setelah mesin cetak hasil penemuan Gutenberg itulah industri percetakan, yang juga tentunya merupakan industri komunikasi, pertama kali mulai berkembang.
Perkembangan teknologi komunikasi yang diawali
oleh penemuan alat pencetak huruf di Cina dulu, telah mendorong manusia untuk
semakin menyempurnakan sarana-sarana komunikasi yang ada. Hal ini terjadi
karena setelah ditemukannya sesuatu, pada umumnya orang-orang kemudian akan
menemukan kekurangan-kekurangan dari sesuatu itu. Kekurangan-kekurangan inilah
yang menjadi landasan pemikiran keinginan para ilmuwan untuk menemukan
teknologi komunikasi yang lebih efisien.
Kehadiran beragam sarana teknologi komunikasi memberikan efek yang beragam pula kepada masyarakat. Adanya pengaruh-pengaruh inilah yang juga kemudian menarik sejumlah kalangan untuk mengadakan penelitian-penelitian seputar dampak media komunikasi, agar masyarakat tahu dan memikirkan cara penanggulangan dampak negatif media massa guna meningkatkan fungsinya yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Yenne,
Bill, Seri Sekilas Mengetahui, 100 Peristiwa yang Berpengaruh Di Dalam Sejarah
Dunia, Karisma Publishing Group, Batam: 2002.
2. Ensiklopedi
Indonesia, Jilid 2 & 4, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta: 1989.
3. Amir,
Mafri, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu,
Jakarta: 1999.
4. Rahmat,
Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005.
5. Nimmo,
Dian, Komunikasi Politik, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 1989.
6. Kuswandi,
Wawan, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, PT RinekaCipta,
Jakarta: 1996.
7. Mufid,
Muhammad, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Prenada MediaGroup, Jakarta: 2007.
8. Effendi,
Uchana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung: 2005.
9. Sutanta,
Edhy, Komunikasi Data & Jaringan Komputer, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta:
2005.
10. Ardianto,
Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar,
Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2007.
11. Straubhaar,
Joseph, Robert LaRose, Media Now, Communications Media in the Information Age,
Wadsworth Group, United States of America: 2002.
12. Cangara,
Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1998.
13. Effendy,
Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung:
2005.
14. Ensklopedi
Indonesia, Edisi Khusus Suplemen, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta: 1987.
15. ………
Edisi Khusus, Jilid 4 KOM-OZO, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta: 1987.
16. Keraf,
Gorys, Diksi Dan Gaya Bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994.
17. Nuruddin,
Pengantar Komunikasi Massa, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2007.
18. Porter,
E. Richard, Larry A. Samovar, Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi
Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005.
19. Rakhmat,
Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung:
2002.
20. Straubhaar,
Joseph, Robert LaRose, Media Now, Communications Media in the Information Age,
Wadsworth Group, United States of America: 2002.
21. The
World Book Encyclopedia, vol.2, Field Enterprises Educational Coorporation,
Chicago: 1996.
22. Toffler,
Alvin, Gelombang Ketiga, PT Pantja Simpati, Jakarta: 1990.
23. Yenne,
Bill, 100 Peristiwa Yang Berpengaruh Di dalam sejarah Dunia, Karisma Publishing
Group, Batam: 1993.
Referensi
[1]
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1998), h. 4.
[2]
Bill Yenne, 100 Peristiwa Yang Berpengaruh Di dalam sejarah Dunia, (Batam:
Karisma Publishing Group, 1993), h. 14.
[3]
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 41.
[4]
Ibid, h. 42-43.
[5]
Ensklopedi Indonesia, Edisi Khusus Suplemen, (Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van
Hoeve, 1987), h. 1845.
[6]
Richard E. Porter, Larry A. Samovar, Komunikasi Antar Budaya, Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 12.
[7]
Hafied Cangara, (Pengantar Ilmu Komunikasi), op.cit, h. 5.
[8]
Bill Yenne, (100 Peristiwa Yang Berpengaruh Di Dalam Sejarah Dunia), op.cit, h.
14
[9]
Ibid, h. 10.
[10]
Nuruddin, (Pengantar Komunikasi Massa), op.cit, h. 49.
[11]
Ibid, h. 45.
[12]
Ibid, h. 53.
[13]
The World Book Encyclopedia, vol.2, (Chicago: Field Enterprises Educational
Coorporation, 1996), h. 313.
[14]
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), 53.
[15]
Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994),
h. 3.
[16]
Ibid, h. 4-5.
[17]
Onong Uchana Effendy, (Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek), op.cit, h. 54
[18]
Ibid, h. 56.
[19]
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002) h. 17.
[20]
Ibid, h. 23.
[21]
Alvin Toffler, Gelombang Ketiga, (Jakarta: PT Pantja Simpati, 1990), cet.ke-3,
h. 54
[22]
Ibid, h. 55.
[23]
(Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus, Jilid 4 KOM-OZO), op.cit, h. 1845.
[24]
Joseph Straubhaar, Robert LaRose, Media Now, Communications Media in the
Information Age, (United States of America, Wadsworth Group, 2002), h. 70.
[25]
Bill, Yenne, Seri Sekilas Mengetahui, 100 Peristiwa yang Berpengaruh Di Dalam
Sejarah Dunia, (Batam; Karisma Publishing Group, 2002), h. 70.
[26]
Ensiklopedi Indonesia, Jilid 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1989), h.
649.
[27]
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999) h. 26.
[28]Bill,
Yenne, (Seri Sekilas Mengetahui, 100 Peristiwa yang Berpengaruh Di Dalam
Sejarah Dunia), op. cit. h. 104.
[29]
Ibid, h. 124.
[30]
Mafri Amir, (Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam), op. cit, h. 27.
[31]
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta, PT
RinekaCipta, 1996), h. 6.
[32]Muhammad
Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Prenada MediaGroup, 2007),
h. 29.
[33]
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 195.
[34]
Ensiklopedi Indonesia, Jilid 4, (Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1989), h.
2142.
[35]Muhammad
Mufid, (Komunikasi dan Regulasi Penyiaran), op.cit, h. 25.
[36]Bill
Yenne, (Seri Sekilas Mengetahui, 100 Peristiwa yang Berpengaruh Di Dalam
Sejarah Dunia), op.cit, h. 198.
[37]Edhy
Sutanta, Komunikasi Data & Jaringan Komputer, (Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu, 2005), h. 13.
[38]
Mafri Amir, (Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam), op. cit, h. 30.
[39]
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, Suatu
Pengantar, Edisi Revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 149.
[40]
Joseph Straubhaar, Robert LaRose, Media Now, Communications Media in the
Information Age, (United States of America, Wadsworth Group, 2002), h. 284.
[41]
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005),h.26.
[42]
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, op.cit, h. 1.
[43]
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op. cit, h. 94.
[44]
Wawan Kuswandi, (Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi),op.cit, h.
31.
[45]Mafri
Amir, (Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam), op.cit, h. 204.
[46]
Jalaluddin Rakhmat, (Psikologi Komunikasi), op. cit., h.230.
[47]
Dian Nimmo, Komunikasi Politik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), h.131.
[48]
Ibid., h. 132.
[49]Mafri
Amir, (Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam), op.cit, h. 30.
No comments:
Post a Comment