AKHLAK ISLAMI DALAM KAITANNYA DENGAN STATUS PRIBADI




Akhlak Islami dalam Kaitanya dengan Status Pribadi

Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi unggul, adalah buah dari keimanan yang kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal, kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan. Dalam hal ini, kita telah sepakat bahwa kemuliaan akhlak bangsa ini akan tumbuh dengan baik, bila individu-individu dalam keluarga itu telah memiliki akhlak mulia. Dan Rasulullah SAW adalah contoh utama pembentuk akhlak dalam kehidupan setiap muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Harapan demikian, insya Allah akan terwujud, manakala setiap diri kita meniatkan secara sungguh-sungguh lagi ikhlas mengharap ridhaNya. Sehingga dari sini, akan terbentuk sebuah tatanan yang terjalin dengan nilai-nilai akhlakul karimah. Dan melalui nilai-nilai ini dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat, maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmonis, dan diselimuti ruhiah Islam. Berikut ini, ada beberapa nilai akhlak Islam yang menjadi tonggak amalan, sehingga patut dikedepankan bagi setiap muslim dalam melahirkan individu/pribadi unggul.
1. Ikhlas. Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim.Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akherat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian, serta kesejahteraan.
2. Amanah. Yaitu sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang. Dalam suatu sumber menyebutkan, amanah adalah asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan, dan roh kepada keadilan. Singkatnya, amanah berarti sesuatu yang dipercayakan, sehingga kita harus menjaga amanah tersebut.
3. Adil. Bersifat adil, berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Nabi SAW bersabda
4. Bersyukur. Bersyukur pada tataran menjadi pribadi unggul berlaku pada dua keadaan, yaitu:
a) Sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah sama, baik sedikit atau banyak.
b) Bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman.
5. Tekun. Ketekunan ini tidak lain adalah usaha dengan rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Islam sendiri, jauh-jauh hari telah menggalakan umatnya untuk tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan berjaya. Perilaku ketekunan seseorang ini, maka akan meningkatkan produktivitasnya, melahirkan suasana kerja yang aman, dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat sekitarnya.
6. Disiplin. Yaitu ketaatan pada aturan dan tata tertib. Untuk itu, berdisiplin dalam menjalankan suatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Lebih dari itu, dengan berdisiplin diri, seseorang itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang serta prestatif (unggul).
7. Sabar. Yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus asa; dan sebagainya). Di dalam menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/pribadi unggul.
Antara ciri-ciri akhlak Islamiyyah ialah:
1. Bersifat mutlak dan menyeluruh: Akhlak Islamiyyah bersifat mutlak, dikenakan kepada seluruh individu tanpa mengira keturunan, warna kulit, pangkat, tempat, dan masa.
2. Melengkapkan dan menyempurnakan tuntutan: Ditinjau dari sudut kejadian manusia yang dibekalkan dengan pelbagai naluri, akhlak Islamiyyah adalah merangkumi semuaaspek kemanusiaan rohaniyyah, jasmaniyyah dan aqliyyah, sesuai dengan semua tuntutan naluri dalam usaha mengawal sifat-sifat yang tercela (sifat-sifat mazmumah) untuk kesempurnaan insan, bukan untuk mengawal kebebasan peribadi seseorang.
3. Bersifat sederhana dan seimbang: tuntutan akhlak dalam Islam adalah sederhana, tidak membebankan sehingga menjadi pasif dan tidak pula membiarkan sehingga menimbulkan bahaya dan kerosakan.
4. Mencakupi suruhan dan larangan: Bagi kebaikan manusia, perlaksanakan akhlak Islamiyyah meliputi suruhan dan larangan dengan tidak boleh mengutamakan atau mengabaikan mana-mana aspek tersebut.
5. Bersih dalam perlaksanaan: Untuk mencapai kebaikan, akhlak Islmaiyyah memerintah supaya cara dan metode perlaksanaan sesuatu perbuatan dan tindakan itu hendaklah dengan cara yang baik dan saluran yang benar yang telah ditetapkan oleh akhlak Islamiyyah. Artinya untuk mencapai suatu matlamat, cara perlaksanaannya mestilah bersih menurut tata cara Islam. Islam tidak menerima falsafah: Matlamat tidak menghalalkan cara.
6. Keseimbangan: Akhlak dalam Islam membawa kesinambungan bagi tuntutan realiti hidup antara rohaniyyah dan jasmaniyyah serta aqliyyah, dan antara kehidupan dunia dan akhirat sesuai dengan manusia itu sendiri.
7. Akhlak rabbani; adalah akhlak yang bersumber kepada wahyu Ilahi yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw. Akhlak rabbani menekankan pada tujuan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sumber akhlak rabbani adalah bukan etika dan moral (seperti penjelasan di atas). Kebenaran nilai dalam akhlak ini bersifat mutlak dan terhindar dari nilai moral yang kacau. Ayat yang berhubungan dengan akhlak sekitar 1500 ayat dan banyak hadits Nabi .Seperti isyarat dalam QS al-Baqarah [2]: 153 Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya jangan kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai-berai dari jalan-Nya.
8. Akhlak manusiawi; adalah ajaran akhlak untuk manusia yang membutuhkan kebahagiaan yang hakiki. Ajaran ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan fitrahnya, karena untuk memelihara eksistensi manusia sebagai mahluk terhormat.
9. Akhlak universal; adalah ajaran akhlak yang mencakup semua aspek kehidupan manusia baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. Seperti kandungan QS al-An’am [6] : 151, bahwa manusia wajib menghindari sepuluh keburukan, yaitu:


1) syirik,
2) ’aq lil walidain,
3) qatlul walad lil imlaq,
4) perbuatan keji
5) qatlu nafs illa bil haq,
6) aklu malil yatim,
7) tathfif fil kail wal wazn,
8) membebani orang lain lampaui batas,
9) persaksian tidak adil dan
10) khianat.


10. Ahlak keseimbangan; manuisia mempunyai akhlak yang bersumber pada hati nurani, akal dan kekuatan buruk yang didorong hawa nafsu. Setiap orang mempunyai naluriah hewani dan naluriah malaikat. Juga mempunyai unsur ruhani dan jasmani. Masing-masing membutuhkan pelayanan yang seimbang. Kerena manusia menghendaki dua kebahagiaan yang seimban, yaitu dunia-akhirat, maka pemenuhan kebutuhan tersebut juga dilakukan secara seimbang.
11. Akhlak realistik; manusia mempunyai kelemahan di sisi kelebihan yang dimilikinya. Manusia biasa melakukan kesalahan-kesalahan atau pelanggaran. Ajaran ini memberi kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dengan bertaubat.


No comments:

Post a Comment