A. Islam masuk di Andalusia
Andalusia yang semula
bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan
Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi.
Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan
menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian
banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah
Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini
tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja
sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, gubernur
Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul
Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500
orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah
kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando
Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal
Thariq.
Mendengar kemenangan
Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan penyerangan terhadap Spanyol.
Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bagian timur
seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya bergabung mereka
menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke
pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk
surat.
Setelah jatuhnya
wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat
enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus,
mereka adalah:
1) Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang
berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa
wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.
2) Ayub bin Habib, pada masa
pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
3) Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi
(716-719 M)
4) Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721
M)
5) Anbasah (723-726 M), pada masa
pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke
lembah sungai Rhone.
6) Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada
masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah
kekuasaan Prancis.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di
sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama
hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol
itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini,
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa wilayah, karena
pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal
ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang
kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol
berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau
gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu
dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas,
ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya,
ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam
di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik,
peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya yang
lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam
dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman
al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrhma
al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang para ahli dari
dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan
di Spanyol mulai semarak.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung
mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar “An-Nasir” sampai
munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada periode ini juga umat
Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat
Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang
kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini
Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja
golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie,
Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.
5. Periode Kelima (1086-1248 M) Masa
Dinasti Kecil
Pada periode ini
terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun
(1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di
Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke
Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan
kekuasaannya dari serangan raja-raja Kristen
Pada tahun 1143 M,
kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol
dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di
bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting
umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk
beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam
hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M).
peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir.
Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Pada
periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun
Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
di daerah ini.
Masa Kejayaan Daulah
Umayyah II
1) Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil
berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan
memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan
istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah
satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri
adalah Masjid Jami Cordova.
a. Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar
kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah
bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya
dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b. Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah
yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana
pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada
waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di
sekitarnya.
Kebanggaan Cordova
tidak lengkap tanpa:
1. Al-Qashr al-Kabir
adalah kota satelit
yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang
penggantinya.
2. Al-Rushafah
Adalah sebuah istana
yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah
barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang
pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3. Masjid Jami’ Cordova
4. Jembatan Cordova
5. Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di
sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara
Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk
keistimewaan al-Zahra ialah kolam-kolam
marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya
berlapis emas.
Kecuali membangun
al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km,
karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau
airnya tidak bisa diminum
6. Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di
pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana
besar dan indah tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang
makanan dan gudang senjata, tempat
tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya. Sebagaimana
halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-pasar,
took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-Zahirah
begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan Cordova,
sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam perkembangan
selanjutnya telah menjadi bagian depan
kota Cordova.
2) Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
Bahasa Arab masuk ke
Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip
keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab
sudah menjadibahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab,
berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik
dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantar jenis prosa
adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali”Orang
–arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam
jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan
terkemuka Andalusia adalah:
1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd
Rabbih
Ia menekuni ilmu
kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan
sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia
gubah syair-syair, sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik
prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan
3. Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak
mengubah puisi-puisi cinta. Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata
seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri
dan pengalaman orang lain
4. Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masa itu.
Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula music dan seni suara.Hasan
Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab mempunyai keahlian dalam
seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan
dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
3) Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia
dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan
peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri
Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang
mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Kebanyakan umat Islam
menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits. Perhatian
muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu.
Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad
al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih
ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang
berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh
Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama
ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan
perkembangan filsafat, berkembang pula
ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari
buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim
al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama
yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara
Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran
kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para
pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan
perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.
Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi,
banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga
ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu
sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf.
Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke
negara-negara Eropa Kristen, melalui
kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas
Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya
di Andalusia.
4) Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah
Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Pada penguasa muslim
tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan
hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan
mereka memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional,
asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan
pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat –
tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di
Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang –
orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai
abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad danmuwalladun kepada para
mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok –
kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian.
Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri
tersrbut. Hal ini menunjukantidak adanya ideologi yang dapat memberi makna
persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi
itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa
islam di Spanyol,para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi
kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan
Kekuasaan
Hal ini menyebabkan
perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani
Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella,
diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan
terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa
mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung
kebangkitan Kristen disana.
Dakwah Dinasti Abbasiyyah
Dakwah Dinasti Abbasiyyah
No comments:
Post a Comment