Sebuah dinasti yang
didirikan oleh Abdullah as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas.
Dinamakan khalifah Abbasiyah karena pendiri dan penguasa negeri ini adalah
keturunan al-Abbas, paman Nabi SAW.. Dalam kekuasaan dinastinya, pusat
pemerintahan dipindahkan ke Kuffah dan akhirnya ke Baghdad sampai runtuhnya
daulah Abbasiyah. Baghdad dijuluki sebagai “Madinah as-Salam ”.
Dinasti Abbasiyah
memerintah lebih dari lima abad, tepatnya selama 524 tahun, dari tahun 132 H
sampai 656 H. Dalam tempo pemerintahan Abbasiyah itu kita bagi kepada tiga
periode yang masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dari yang
lain. Periode-periode tersebut adalah:
• Periode pertama (132-232 H),
kekuasaan pada periode ini berada di tangan para khalifah.
• Periode kedua (232-590 H), pada
periode ini kekuasaan hilang dari tangan para khalifah.
• Periode ketiga (590-656 H), pada
periode ini kekuasaan berada kembali di tangan para khalifah, tetapi hanya di
Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.
Masa Keemasan
Dasar-dasar
pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan oleh Abu Abbas dan Abu Ja’far
al-Mansur. Pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah di seluruh
kerajaan Islam kecuali di Andalusia.
Setelah sendi-sendi
negara kuat, muncullah masa keemasan pada tujuh khalifah berikutnya, yaitu
al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (785-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M),
al-Makmun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan
al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi,
perekonomian daulah Abbasiyah mulai meningkat dengan meningkatnya pendapatan
dari sektor pertanian dan pertambangan. Puncak popularitas daulah Abbasiyah
terjadi pada masa khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya al-Makmun. Harun banyak
memanfaatkan kekayaan negara untuk keperluan sosial. Negara Islam di masa Harun
menjadi negara super power yang tiada tandingannya.
Dan selanjutnya,
pengganti Harun ar-Rasyid adalah anaknya, yakni al-Makmun. Pada masanya,
Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dengan berdirinya “Bait
al-Hikmah”.
Masa Kemunduran
Dimulai sejak Abbasiyah
diperintah oleh khalifah kesebelas, yaitu Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir
(247-248 H) sampai khalifah terakhir, yakni Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim
(640-656 H). pada masanya, khalifah dan putra-putranya terus menikmati
kedaulatan dan kemerdekaan, sampai akhirnya kaum Tatar yang dipimpin oleh
Hulaku datang menyerang dan menaklukan dunia Islam serta memusnahkan kota
Baghdad, membunuh khalifah dan menamatkan pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656
H/1258 M.
Geliat dan Perkembangan
Dakwah Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Gerakan dakwah pada
masa Abbasiyah ini tidak lepas dari peran Ulama dan Umara yang masih tetap
konsisten untuk memperjuangkan serta membela agamanya. Karena seiring dengan
kebencian dan kedengkian serta munculnya gerakan-gerakan orang-orang Eropa
Kristen, kondisi dunia Islam dan kaum Muslimin telah menciptakan mentalitas
layak terbelakang dan kalah di mana saat itu sebagaimana yang ditulis olehMajid
‘Irsan al-Kilani dalam bukunya bahwa di dalam tubuh umat Islam telah terjadi
perpecahan pemikiran Islam.
Tuntutan perubahan atas
kondisi masyarakat saat itu terasa semakin mendesak, demikian juga dengan
bahaya kekuatan luar yang terus mengancam. Saat itu, masyarakat Muslim
dihadapkan pada dua pilhan, yaitu melakukan perubahan radikal dari dalam atau
menyerah kepada ancaman yang membawa kebinasaan. Akan tetapi, seluruh elemen
dan potensi gerakan dakwah dikerahkan oleh para Ulama dan Umara untuk memilih
perubahan radikal dari dalam diri (internal).
Sampai mereka pun lebih
memfokuskan metodenya kepada gerakan dakwah yang bersifat kultur, yakni lebih
memfokuskan perhatiannya kepada upaya berbenah diri untuk mengevaluasi dan
memperbarui semua pemikiran dan konsepnya selama ini, agar kemudian bisa
kembali ke tengah masyarakat dan memulai proses pembaruan (Ishlah) atau
menjalankan prinsip amar ma’ruf nahyi munkar.
Objek dan Kondisi
Dakwah Dinasti Abbasiyah
Selama lima abad,
Dinasti Abbasiyah menjadi sarana dakwah dan pendukung dakwah Islam. Dengan
semangat dakwah yang tinggi, daulat ini menjadi Kerajaan Islam yang telah mampu
mengubah dunia dari gelap menjadi terang, dari kemunduran menuju kemajuan.
Pada masa ini dakwah
dibagi menjadi dua level, yaitu: level negara dan penguasa dan level
masyarakat.
1) Level Negara dan Penguasa
a. Para khalifah Abbasiyah pada masa
keemasan adalah juga seorang ulama yang sangat mencintai ilmu. Mereka
memuliakan ulama dan pujangga, serta membuka pintu istana selebar-lebarnya
untuk mereka.
b. Mendorong dan memfasilitasi upaya
penerjemahan berbagai ilmu dari berbagai bahasa ke bahasa Arab, seperti
filsafat, ilmu kedokteran, dan lain-lain.
c. Mendorong dan memfasilitasi pembaruan
sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah
Nidzamiyah di Baghdad.
d.
2) Level Masyarakat
Pada level masyarakat
aktivitas keislaman tidak tidur, dan tidak terlalu terpengaruh oleh kelemahan
dan kerusakan yang terjadi di level negara. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah
penuh dengan kajian ilmiah. Masjid-masjid di Baghdad, Bashrah, Kuffah, dan
lainnya dipenuhi oleh para ulama, penceramah, ahli hadits, dan lainnya. Para
ulama pada masa ini memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar dalam
pencerahan iman masyarakat, bahkan kadang-kadang mengalahkan pengaruh para
khalifah.
Materi yang menonjol
saat itu adalah tazkiyatun-nufus, peringatan tentang negeri akhirat, serta
seruan agar tidak terpedaya oleh kehidupan dunia. Materi ini berpijak pada
keadaan negeri yang waktu itu berada pada situasi yang bermewah-mewahan dan
kemaksiatan yang terjadi di level penguasa. Di antara da’i yang paling terkenal
adalah Ibnu Simak yang lebih dikenal dengan sebutan “wa’idz rasyid” (da’i yang
bijak).
Meskipun ada kelemahan
yang nyata di level pemimpin dan banyaknya penyimpangan agama, namun dengan
rahmat Allah, gerakan dakwah berjalan terus dengan baik yang dilakukan oleh
pribadi-pribadi maupun yang dilakukan oleh kelompok. Para da’i berangkat
melaksanakan kewajibannya ke berbagai tempat, dan di antara hasilnya adalah
masuk Islamnya sepertiga penduduk anak benua India dan masuk Islamnya penduduk
negeri China dalam jumlah yang cukup besar.
Dan di antara
kebanggaan yang dicapai pada periode ini adalah munculnya imam-imam madzhab
yang empat, ulama hadits, dan pakar-pakar nahwu yang peranannya sangat dirasakan
oleh masyarakat zaman itu sebagai pengabdian yang murni untuk Islam.
Dakwah Dinasti Fatimiyah
No comments:
Post a Comment