KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MOTIVASI (Efesiensi-X dan Komunikasi) IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI


Komunikasi Organisasi Dan Motivasi (Efesiensi-X dan Komunikasi)
Dari semua isu dalam bidang komunikasi, menajemen, dan kepemimpinan, barang kali isu yang paling populer adalah motivasi. Motovasi menyangkut alasan-alasang mengapa orang mencurahkan tenafa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pertanyaan yang telah lama menjadi teka-teki bagi para menejer adalah “mengapa sebagian orang bekerja keras, sedangkan yang lainnya bekerja sesedikit mungkin?” jawabannya terletak pada sejauh mana orang mau mengarahkan perilaku mereka kepada suatu tujuan.
Bidang ekonomi memusatkan pada penggunaan efesien sumber daya; namun, satu asumsinya adalah setidaknya hingga ditemukannya teori efesien-X oleh Leibenstein (1978) bahwa perusahaan atau organisasi secara internal efisien, yang berarti bahwa perusahaan atau organisasi itu menghasilkan keluaran (output) maksimal bagi seperangkat sumber daya tertentu (kadang-kadang disebut efisiensi teknis). Asumsi ini menimbulakn asumsi sampingan bahwa organisasi pasti meminimalkan biaya.
Teori efesiensi-X menolak asumsi yang terang-terangan bahwa organisasi berfungsi dengan efesiensi maksimal dan menganggap bahwa inefesiensi nonalokatif (versus inefesiensi alokatif yang berasal dari cara yang memungkinkan sumber daya di alokasikan diantara penggunaan-penggunannya yang bersaing) terjadi dalam organisasi. Karena efesiensi dan inefesiensi nonalokatif di abaikan atau tidak dapat di identifikasi dalam teori ekonomi, keduanya disebut efesiensi-X dan inefesiensi-X (atau tidak diketahui).
Perbedaan penting antara organisasi yang efesien-X dan yang tidak efesien-X terletak pada prinsip kebijaksanaan usaha pekerja (worker effort discretion) yang mengatakan bahwa kinerja pegawai bergantung pada seberapa baik mereka termotivasi, sedangkan teori ekonomi tradisional mengasumsikan bahwa usaha kerja adalah tetap. Dari sudut pandang ekonomi empat unsur kunci yang merupakan konsep usaha di tempat kerja: (1) aktivitas (A) yang merupakan pekerjaan seseorang, (2) kecepatan (K) melakukan aktivitas, (3) presisi (P) melakukan pekerjaan yang menghasilkan kualitas, dan (4) pola waktu (W) atau ritme melakukan pekerjaan.
Melalui proses penetapan pekerjaan (employment process), organisasi membeli waktu pegawai; sementara pekerjaan efesien membutuhkan usaha yang terarah yang tidak dibeli setidaknya secara tidak langsung. Inefisiensi-X berasal dari peluang yang belum dimanfaatkan yang disebabkan kurangnya motivasi dan perilaku yang tidak diarahkan terhadap pengurangan biaya. Inefesiensi-X menaikan biaya dan menurunkan produktivitas. Dalam rangka memfungsikan organisasi, kebanyakan inefesiensi-X mengganggu proses komunikasi antar individu dalam organisasi. Frantz (1988) menegaskan bahwa usaha yang diarahkan seorang individu dipengaruhi oleh kelompok sebaya dan penyelia orang tersebut, juga oleh tradisi dan sejarah organisasi.
Efesiensi-X diperoleh lewat hubungan vertikal yang menumbuhkan tekanan untuk berusaha lebih banyak, kepuasan individu dari mengindari pertengkaran tersebut, dan kepusan dari menerima persetujuan penyelia. Kebanyakan organisasi dapat melakukan usaha lebih banyak guna menghindari perselisihan yang tidak perlu dan untuk menerima penghargaan bagi suatu pekerjaan yang dilakukan dengan baik.
Hubungan horizontal menciptakan takanan dalamdua cara: (1) melalui norma sehingga semua anggota harus menanggung beban yang menjadi bagian mereka, setelah mana mereka bebas bekarja segiat mungkin, dan (2) norma sehingga individu bekerja sedikit yang mereka inginkan, namun mereka tidak boleh bekerja sedemikian giat sehingga membaut orang lain kelihatan buruk.

Perbedaan antara Penyelia dan Pegawai Mengenai apa yang memotivasi pekerjaan
Kovach (1980) menyatakan bahwa sikap pegawai dan faktor sebenarnya yang memotivasi pegawai barubah lebih capat dari pada kecepatan perubahan pengetahuan penyelia mengenai apa yang memotivasi pekerjaan. Untuk mendukung pernyataannya, Kovach mereplikasi kajian yhang dilakukan Labor Relations Institute - New York tahun 1946. Dalam penelitian itu penyelia lini pertama dan pegawai yang bekerja bagi mereka diminta mengurutkan sepuluh hal yang memberikan motivasi kepada mereka dalam bekerja. Hasilnya menunjukan bahwa terdapat suatu kesenjangan antara apa yang diinginkan pegawai dari pekerjaan mereka dan apa yang di pikirkan penyalia mengenai keinginan pegawai.
Motivasi seseorang yang sesungguhnya (usaha yang diarahkan terhadap suatu tujuan) mungkin merupakan suatu fungsi harapan (ekspektasi)-nya bahwa suatu investasi energi tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan tertentu. Teori Vroom mengenai motivasi (expentancy theory of motivation) (1964) dapat menjelaskan bahwa apa yang orang hargai dan apa yang ia harapkan dapat mempengaruhi motivasi.

Teori Motivasi
Istilah “motivasi” merujuk kepada kondisi dasar yang mendorong tindakan. Satu perangkat teori menganggap kekurangan kebutuhan sebagai kondisi pendorong yang menimbulkan predisposisi tertentu untuk berperilaku. Sementara suatu teori lain menganggap harapan dalam lingkungan sebagai menimbulkan bentuk-bentuk tertentu tujuan dan tindakan yang mengikutinya; teori ketiga menganggapan persepsi atas tempat kerja sebagai menimbulkan bentuk-bentuk tertentu potensi yang mendorong tindakan.
Teori Defisiensi Motivasi
Teori Hirarki
Maslow (1943, 1954) mengemukakan bahwa kebutuhan kita terdiri dari lima kategori: fisiologi; keselamatan atau keamanan; rasa memiliki (belolingness) atau sosial; penghargaan; dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini menuntut Maslow berkembang dalam suatu urutan hierarkis, dengan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling kuat (prepotent) hingga terpuaskan. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh atas kebutuhan-kebutuhan lainnya selama kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Kebutuhan fisiologi menuntut pemenuhan sebelum semua kebutuhan lainnya. Meskipun demikian, suatu kebutuhan pada urutan lebih rendah tidak perlu terpenuhi secara lengkap sebelum kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi menjadi aktif, seperti yang di tunjukan oleh garis-garis yang tumpang tindih dalam bentuk sepiral.
Lima perangkat kebutuhan yang tersusun dalam suatu tatanan hierarkis, dimana kebutuhan fisiologis berada pada urutan lebih bawah, keselamatan dan keamanan berikutnya, kebutuhan akan rasan memiliki (belonging) di tengah, penghargaan (esteem) lebih tinggi, dan kebutuhan akan aktualisasi diri berada pada urutan paling atas.
Teori ERG
Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Ketiga kebutuhan tersebut adalah existence (E) atau eksistensi, relatedness (R) atau ketertarikan, dan growth (G) atau pertumbuhan. Eksistensi meliputi kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, rasa haus, dan seks, juga kebutuhan materi seperti gaji dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Kebutuhan akan ketertarikan menyangkut hubungan dangan orang-orang yang penting bagi kita, seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja. Kebutuhan akan pertumbuhan meliputi keinginan kita untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan kita.
Teori Kesehatan Motivator
Harzberg (1966) mencoba menentukan faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia: (1) kebutuhan yang berkaitan dangan kepuasan kerja dan (2) kebutuhan yang berkaitan dengan ketidak puasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator. Ini meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi.
Faktor-faktor yang berkaitan dangan ketidakpuasan disebut faktor-faktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), dan meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, administrasi, kebijakan organisasi dan hubungan antarpribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan di tempat kerja.
Motivasi berkaitan dengan kepuasan kerja namun tidak dengan ketidakpuasan kerja. Faktor kesehatan berkaitan dengan ketidakpuasan kerja namun tidak dengan kepuasan kerja. Jadi untuk memelihara atau tetap memiliki pegawai, menejer harus memusatkan perhatian pada faktor-faktor kesehatan; namun untuk mrmbuat pegawai bekerja lebih keras, menejer harus memusatkan perhatian pada motivator
Perbandingan ketegori kebutuhan Maslow, Alderfer, dan Harzberg
Banyak kemiripan diantara ketiga cara menjalaskan motivasi tersebut. Setiap sistem menggambarkan aktualisasi diri, pertumbuhan, dan motivator dengan istilah-istilah yang serupa. Faktor pemeliharaan dan keamanan juga untuk memuaskan kebutuhan eksistensi. Hubungan antar pribadi dan pengawasan dapat dianggap cara-cara untuk memenuhi keterkaitan, kebutuhan rasa memiliki, dan kebutuhan penghargaan.

Teori Harapan dan Motivasi
Teori Harapan
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan (expentacy theory) memiliki tiga asumsi pokok.
1)      Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (out come expectancy)
2)      Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence).
3)      Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Hal ini disebut harapan usaha (effort expextancy)
Analisis Nadler dan Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan manajer dan organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi maksimal daripada pegawai:
1)      Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai.
2)      Definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapt diamati dan diukur apa yang diinginkan dari pegawai.
3)      Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai.
4)      Kaitkan hasil dengan tingkat kinerja yang diinginkan.
5)      Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku yang penting.
6)      Orang berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan dari pada orang yang berkinerja rendah.

Teori Persepsi Tentang Motivasi
Harapan
Reid dan Evans (1983) mengamati, bahwa “orang-orang memulai karier mereka dengan harapan akan terus menerus dipromosikan”. Karena kita hidup dan bekerja dalam organisasi, janji-janji ditepati dan diingkari, masing-masing menghasilkan harapan yang terpenuhi dan tak terpenuhi. Harapan menggambarkan apa yang akan orang pikirkan mengenai apa yang terjadi pada mereka. Janji adalah jaminan yang menimbulkan harapan.
Hallriegel, Slocum dan Woodman (1986) menyarankan bahwa “kelelahan” diantara para pegawai profesional berhubingan dengan mempunyai “harapan yang tidak realistik mengenai pekerjaan mereka dan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan, berdasarkan situasi tempat merekaberada”.
Pemenuhan
Pemenuhan (fulfillment) dalam kerja menunjukan bahwa pegawai merasa bahwa mereka telah mampu mendifinisikan diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan mereka dan diterima. Apa yang telah mampu mereka lakukan menunjukan bahwa janji organisasi dan harapan pegawai telah terwujud dan bahwa kehidupan seorang sangat memuaskan. Pemenuhan dan harapan bergandengan bersama.
Fromm (1955) menjelaskan, bahwa ketidak puasan atas pekerjaan akan dipahami secara memadai hanya dengan membedakan antara apa yang orang pikirkan secara sadar mengenai kepuasan, dan apa yang mereka rasakan secara tidak sadar mengenai kepuasan dengan pekerjaan.
Wenburg dan Williamson (1981) mengartikulasikan tujuan pekerja ketika mereka berkata: “menggunakan keterampilan bermutu tenggung jawab-diri, komitmen, kemampuan mengenyahkan kebiasaan mental yang menjadi kendala, bersedia mengambil resiko positif—sekadar mengembangkan keterampilan untuk memberikan diri kita menjalankan hidup dengan hadirnya pemenuh—bukan hanya tidak adanya penderitaan”.
Pencarian akan pemenuhan dalam semua aspek eksistensi seseorang telah di dokumentasikan oleh Yankelovich (1982) dalam laporannya mengenai perubahan kultural yang terjadi di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an. Ia menerangkan bahwa “pencarian akan pemenuhan-diri menimbulkan suatu revolusi budaya baru ... pencarian akan pemenuhan-diri mengawali suatu kisah baru karena ia memperkenalkan makna baru penting kedalam budaya kita, berkisar di sekitar perjuangan untuk mengurangi pengaruh kekuatan instrumental dalam kehidupan kita dan meninggikan unsur yang sakral/ekspresif. Kebebasan yang dikejar pencari pwmwnuhan-diri ... adalah kebebasan untuk memilih kehidupan seseorang berdasarkan rancangannya sendiri.
Peluang
Peluang (opportunity) mungkin merupakan unsur paling kuat dari empat uneur yang mempengaruhi vitalitas kerja karena ia mempunyai konsekwensi yang secara potensial merusak bila tidak hadir.
Untuk membuka peluang, kita harus menciptakan kondisi yang mendukung untuk melakukan segala sesuatu yang ingin kita lakukan. Abel (1971) menemukan, untuk mengisi suatu jabatan dengan sukses dalam organisasi yang ia teliti, pelamar perlu mematuhi norma-norma tertentu dan menunjukan kecenderungan gaya. Gaya tersebut meliputi kepercayaan-diri, keceriaan, ketegasan dan kemandirian.
Untuk menekankan betapa penting peluang bagi kehidupan seorang pegawai, kami akan membahas lima kategori prilaku (Kanter, 1976; Wheatley, 1981) yang di pengaruhi oleh peluang dalam organisasi—secara positif bila peluang ada dan secara negatif bila peluang tidak ada.
a.       Penghargaan-diri (self-esteem). Setiap pegawai rentan terhadap perubahan dalam penghargaan-diri melalui citra yang ia peroleh dari tanggapan orang lain. Mereka yang menerima citra positif mengenai kemampuan mereka melalui komentar dan ganjaran akan menilai diri mereka sendiri lebih tinggi.
b.      Aspirasi. Peluang juga mempengaruhi aspirasi seseorang pegawai atau prestasi yang diinginkan.bila organisasi mendorong dan memberi ganjaran atas tindakan yang mendukung tujuan tertentu, pegawai cenderung mengembangkan aspirasi untuk mencapai tujuan tersebut.
c.       Komitmen. Peluang juga mempengaruhi sejauh mana komitmen pegawai terhadap organisasi. Mereka yang mengalami pertumbuhan pribadi dan penghargaan cenderung menaruh perasaan positif kepada organisasi.
d.      Energi. Pegawai yang peluangnya terhalang cenderung berpaling kepada rekan kerja dan sahabat untuk memperoleh kenyamanan dan penghargaan. Pegawai yang melihat peluang yang tinggi merespon penghargaan atas nilai mereka dengan lebih memperhatikan tugas dan lebih sedikit mencurahkan waktu untuk kegiatan yang tidak berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan.
e.       Pemecahan masalah. Pegawai yang punya peluang tinggi cenderung proaktif dalam menangani masalah dalam pekerjaan mereka dalam organisasi.
Kinerja
Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, dan peranan dalam organisasi. Dua jenis perilaku atau tugas pekerjaan mencakupunsur-unsur penting kinerja pekerjaan: tugas fungsional dan tugas perilaku. Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, termasuk terutama penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan tersebut. Tugas perilaku berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan antarpersona dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.
Swanson dan Gradous (1986) menjelaskan bahwa “dalam sistem, berapapun ukurannya, semua pekerjaan saling berhubungan. Hasil dari seperangkat kinerja pekerjaan adalah masukan bagi usaha kinerja lainnya”. Gilbert (1978) berpendapat sebaliknya, bahwa kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan peluang. “peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki yang tidak memberi peluang bahkan memiliki lebih sedikit nilai.
Dalam konteks vitalitas kerja dalam suatu organisasi, pandangan Gilbart mengenai kerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara cakup, pekerja membuat prestasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai tujuan. Gilbert menjelaskan bahwa banyak energi atau pekerjaan, yang dirangkaikan dengan banyak pengetahuan dan diterapkan dengan antusiasme yang tinggi, tanpa prestasi yang sebanding, menggambarkan kinerja yang tidak layak, dan mencampur adukan “bajak (perilaku) dengan benih (prestasi).

Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim Organisasi
Istilah “iklim” disini merupakan kiasan (metafora). Frase “iklim komunikasi organisasi”menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Iklim fisik terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah. Iklim komunikasi dipihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai suatu peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbedan dengan iklim organisasi dalam arti iklimkomunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.
Redding (1972) menyatakan bahwa “iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting dari pada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi.
Poole (1985) menjelaskan bahwa “secara keseluruhan, tampaknya iklim lebih merupakan sifat budaya daripada merupakan suatu pengganti budaya. Sebagai suatu sistem kepercayaan yang digeneralisasikan, iklim berperan dalam keutuhansuatu budaya dan membimbing perkembangan budaya tersebut. Iklim komunikasi merupakan suatu citra mikro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atau sifat-sifat itu. iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan disepakati dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.
Unsur-unsur Dasar Organisasi
Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar:
Anggota Organisasi. Dipusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran yang meliputi konsep-konsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah, dan pembentukan gagasan. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia lainnya yang bukan aspek intelektual. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan self moving yang mencakup kegiatan fisik yang besar maupun terbatas. Terakhir, mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan elektrokimia, yang mencangkup brain synaps (daerah kontak otak tempat impuls saraf ditransmisikan hanya ke satu arah), kegiatan jantung, dan proses-proses metabolisme.
Pekerjaan dalam organisasi
Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai tigadimensi universal: isi, keperluan, dan konteks.
Praktik-praktik pengelolaan
Kegiatan seorang manajer telah dijelaskan dalam berbagai cara. Pertama, telah dicapai beberapa konsesnsus disekitar gagasan bahwa para manajer melaksanakan lima fungsi utama: perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan dan pengendalian. Kedua, beberapa bukti menyatakan bahwa manajer melaksanakan sekitar sepuluh peranan dasar yang terbagi menjadi tiga kelompok dasar: (1) peranan antar persona (2) peranan yang berhubungan dengan informasi (3) peranan yang memerlukan ketegasan.
Struktur organisasi.
Struktur organisasi merujuk pada hubungan-hubungan antara “tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi”. Dtruktur organisasi ditentukan oleh tiga variabel kunci: kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi
kompleksitas,
formalisasi dan
sentralisasi
Pedoman organisasi
Pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman organisasi sendiri terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi, tujuan, strategi, prosedur dan aturan.
Pemahaman Unsur-Unsur Organisasi
Unsur-unsur dari organisasi (anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan pedoman) dipahami secara selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukan apakah yang dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut dan seberapa baik unsur-unsur ini beroperasi bagi kebaikan anggota organisasi.
Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka; menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercaya dan terus terang dari anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan–keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan.

No comments:

Post a Comment