PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN TEKNIK PROPAGANDA


Pengertian, Jenis-Jenis dan Teknik Propaganda

1.      Pengertian Propaganda Dan Sejarahnya
Propaganda adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi suatu sikap dari komunias yang menyangkul hal posisi dan perbuatan yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Teori yang saya pilih adalah teori The Big Lie, yaitu sebuah teori yang muncul dan menjadi teknik propaganda ketika Adolf Hitler mendiktekan bukunya yaitu Mein Kampf tentang sebuah kebohongan besar yang tidak akan dipercaya oleh orang lain. Kebohongan ini memuat paham bahwa seseorang dapat dengan lancang mengubah kebenaran secara besar-besaran. Hitler mengilustrasikan kebohongan besar ini dalam kasus yang dilakukan oleh bangsa Yahudi, pihak Yahudi menyalahkan kekalahan Jerman dalam perang dunia pertama secara tidak adil yang dimana saat itu pasukan Jerman dipimpin oleh Erich Ludendorf. Kebohongan tersebut kemudian mempengaruhi banyak pendapat masyarakat dunia sehingga semua orang menyalahkan Erich Ludendorf untuk kekalahan Jerman. Perubahan pandangan masyarakat tersebut disebut sebagai Art of Lying oleh Hitler.
Teori The Big Lie ini namun kemudian digunakan juga oleh Jerman, Goebbels dan para Nazi, dalam memanfaatkan Anti-Semitisme yang kemudian berubah menjadi pembunuhan masal rakyat yang tidak bersalah. Goebbels membuat kebohongan bahwa Yahudi sudah memulai perang pembantaian terhadap Jerman dan memiliki bala tentara kuat yang menguasai Inggris, Rusia, dan Amerika, kemudian masyarakat dunia, terutama Jerman, merasa takut dan merasa memiliki kepentingan untuk bertahan, sehingga pada masa itu banyak sekali rakyat Yahudi yang tidak bersalah dibunuh serta dibantai, lalu lahirlah perang dunia kedua. Propaganda ini dapat berhasil karena kebohongan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Joseph Gobbels merupakan tokoh penting juga disamping keberadaan Adolf Hitler di dalam organisasi Nazi. Beliau adalah mentri propaganda yang menyempurnakan pengertian teori The Big Lie, sehingga dapat disimpulkan propaganda yang menggunakan teori The Big Lie ini akan dipercaya oleh masyarakat luas apabila banyak pendengar yang diberitakan dan kebohongan tersebut dilakukan secara berulang-ulang.

2.      Jenis-Jenis Propaganda
1)      White propaganda atau bisa disebut propaganda ‘putih’ adalah sejenis propaganda yang dikenal kesahihan serta ketepatan cerita atau berita yang ingin disampaikan. Propaganda jenis ini kebiasaannya akan melalui saluran yang dimonopoli oleh pihak pemerintah. Setiap maklumat yang disebarkan akan memberi kelebihan dan menonjolkan kebaikan pihak pemerintah.
2)      Black Propaganda adalah sejenis propaganda tertutup atau tersembunyi. Propaganda jenis ini memberikan sumber informasi yang salah atau tidak tepat. Penyebar propaganda ini juga akan menyebarkan informasi palsu dan akan memberi kesan buruk kepada orang atau negara yang dituduh itu.
3)      Grey Propaganda pula atau dengan kata lain sebagai propaganda ‘kelabu atau kabur’ adalah sejenis propaganda yang kurang ketepatan tentang informasi atau berita yang disebarkan. Propaganda jenis ini biasanya tidak diketahui penyebar yang menyebarkan informasi tersebut. Apabila sesuatu informasi disebarkan, kita jarang mengetahui identitas penyebar maklumat tersebut. Propaganda jenis ini juga kebiasaanya akan menolak sesuatu kekejaman yang dilakukan oleh kuasa-kuasa besar.
4)      Ratio Propaganda adalah sejenis propaganda yang bersifat positif. Propaganda jenis ini lebih menjurus ke arah perpaduan dan mencipta nama yang baik. Selain itu, ia mempromosikan ikatan persahabatan dan meningkatkan moral sesuatu perkara yang disebarkan.

3.      CONTOH JENIS-JENIS PROPAGANDA
1)      Contoh White propaganda contohnya saja yaitu seperti RRI dan TVRI, kedua media ini dari dahulu sampai sekarang, masih sering di gunakan untuk alat komunikasi pemerintah untuk menyampaikan informasi tentang kebijakan pemerintah kepada rakyat indonesia secara luas.
2)      Contoh Black propaganda yang sempat kita dengar yaitu ketika itu ada seorang moderator acara silahturahmi  suatu organisasi,  yang mengatakan bahwa pembicara yang mereka undang tidak bisa datang karena telah di culik oleh BIN (badan intelegen negara)  akan tetapi tuduhan tersebut tidak terbukti.
3)      Contoh grey propaganda yang pernah kita liat di televisi yaitu propaganda yang di lakukan oleh partai politik, yaitu partai NASDEM mengatakan bahwasannya MENDAGRI, Gamawan Fauzi harus mundur daru jabatannya, karena beliau tidak mampu menyelesaikan program E-KTP yang akibatnya berujung pada masalah DTP yang masi belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Tapi MENDAGRI membantah, dan menatakan bahwa program E-KTP tidak ada hubunganya dengan DPT.
4)      Contoh ratio propaganda yang sangat hangat di ingtan kita, kemarin pada tanggal 28 oktober  kita memperingati hari sumpah pemuda, sebagai contoh yaitu, isi sumpah pemuda di gunakan untuk mengingatkan dan menyatukan para pemuda di seluruh Indonesia untuk tetap bersatu demi kejayaan bangs

4.      TEKNIK PROPAGANDA DAN CONTOHNYA
1)      Teknik kampanye Glittering Generality, menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’ dipakai untuk membuat sasaran menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti.
Contoh: kampanye yang ditujukan kepada petani dengan menyebutkan, “gagal panen disebabkan karena penggunaan bibit yang tidak unggul", atau “jika Anda tidak memeriksakan kesehatan maka bahaya penyakit akan mengancam!”. Kedua pesan tersebut mengandung ancaman bagi komunikan yang dituju kedua pesan tadi, misalnya bagi kehidupan seorang petani.

2)      Teknik kampanye Transfer, diperlukan dukungan dari tokoh berpengaruh, public figure, lembaga yang memiliki otoritas seperti lembaga pendidikan, militer atau lembaga lain yang memiliki prestise.
Contoh: Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Megawati menggunakan gambar ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk, dan baliho miliknya. Disini dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno yang memang sangat dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih.
3)      Teknik kampanye Testimoni (kesaksian), memerlukan proses komunikasi bertahap. Pesan diterima berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Jadi komunikatornya memberikan informasi berdasarkan pengalamannya terhadap sebuah informasi.
Contoh: Pada kampanye pemilu presiden 2009 lalu, sebuah iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang budayawan, Sujiwo Tejo. Pada testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla. Sebuah iklan yang cukup tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan ketua umum Golkar di Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai testimonial dari pejabat publik mengenai dirinya sendiri.
4)      Teknik kampanye Plain Folks, Propagandis sadar bahwa masalah mereka terhambat jika mereka tampak di mata audiensnya sebagai “orang asing”. Oleh sebab itu mereka berusaha mengidentifikasikan sedekat mungkin dengan nilai dan gaya hidup sasaran propaganda dengan menggunakan slang, aksen dan idiom lokal.
Contoh: ketika Obama berkunjung ke Indonesia, Obama menggunakan teknik ini, yaitu dengan mengucapkan, assalamu’alaikum/selamat pagi.
5)      Teknik kampanye Card Staking, Teknik ini sebagai propaganda dengan menonjolkan hal-hal baik dari sesuatu. Card stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda ini hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja.
Contoh:Iklan penggunaan kondom, dalam berbagai iklan kondom tersebut, seringkali muncul pernyataan “seks aman dengan kondom”. Di satu sisi , penggunaankondom mungkin dapat “mengamankan” pelaku seks tersebut dari penyakitkelamin atau HIV AIDS. Di sisi lain, maraknya iklan penggunaan kondom tersebut tentu akan mendorong orang untuk melakukan seks bebas atau seks pranikah. Maraknya seks bebas atau seks pranikah tersebut akan menyebabkan masalah lain.
6)      Teknik bandwagon, Teknik ini memainkan perasaan audiens untuk sesuai dengan massa. Teknik ini mirip testimonial namun massalah yang jadi cara untuk menarik perhatian. Misalnya propagandis komunis sering menggunakan ungkapakn “seluruh dunia tahu bahwa ….” Atau “semua rakyat yang cinta damai mengakui bahwa ……” Atau “semua masyarakat progresif menuntut bahwa ……”. Teknik ini menempatkan sasaran sebagai minoritas sehingga bila mereka menolak harus bergabung dengan mayoritas. Atau jika sasarannya simpati maka aka menguatkan sikap mereka dengan mendemontrasikan bahwa mereka sudah ada di pihak yang “benar” beserta orang lainnya.
Contoh: seluruh dunia tahu, penduduk yang baik selalu membayar pajak tepat pada waktunya.
7)      Name CallingStrategi untuk menjatuhkan reputasi seseorang melalui ucapan, pernyataan-pernyataan atau penggunaan julukan, istilah atau ideologi untuk menjatuhkan seseorang, dengan memberinya arti negatif. Selain itu, name calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar oarng menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu.
Contoh:Salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju. Ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menurunkan derajat seseorang atau sekelompok tertentu.Sebutan, “jahanam”, “biang kerok”, “provokator”.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan seperti “dasar batu”, “dasar otak udang”, atau “anak mami”.

Istilah Propaganda Persfektif Islam
Kata propaganda dalam kehidupan sehari-hari telah dipersepsi sebagai sesuatu yang buruk. Citranya menjadi negative bahkan dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Jika kita mendengar kata propaganda, maka yang terbayang dibenak adalah tindakan-tindakan yang jahat, keji dan kejam. Sebagaian orang juga menafsirkan kegiatan propaganda erat kaitan dengan kepentingan politik merebut kekuasaan.
Dalam persfektif sejarah, propaganda bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap pemain dan penyaksi sejarah. Sejak masa awal dokumentasi sejarah umat manusia propaganda sudah kerap digunakan sebagai bentuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Inskripsi Behistun tahun 515 SM yang menggambarkan kenaikan Darius I ke tahta Persia merupakan salah satu contoh awal kemunculan propaganda. Kemudian Channakya mahaguru di universitas Thakshashila pada tahun 350-283 SM menulis Arthashastra yang membahas propaganda secara detil, termasuk cara menyebarkannya dan penerapannya dalam peperangan. Muridnya, Chandra Gubta Maurya tahun 340-293 SM menggunakan cara-cara ini untuk mendirikan dan memimpin kekaisaran Maurya. (Moehammad Shoelhi, 2012 : 33). Taktik dan strategi politik kekaisaran Maurya itu kemudian di-filmkan dalam serial Ashoka disalah satu stasiun televise Indonesia dapat dijadikan contoh kegiatan propaganda pada zaman kerajaan Hindia kuno. Segala cara dan teknik dilakukan demi menjaga dan mempertahankan kekuasaan termasuk kebohongan.
Citra Negatif “Propaganda”
Kemudian sorotan paling mencolok dan menjadikan istilah propaganda berkonotasi negatif adalah propaganda yang dilakukan Adolf Hitler dalam mempengaruhi bangsa Jerman dengan paham Nazi. Bersama dengan menteri propagandanya Joeseph Goebbels, Hitler melancarkan kegiatan propagandanya dengan mengahalalkan segala cara, melakukan berbagai kebohongan, intimidasi dan ancaman untuk menyebarkan ajaran atau faham Fasisme. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk memperluas, merebut dan mempertahankan kekuasaannya. Sejak itu istilah propaganda mendapatkan kesan negatif, dampaknya hingga saat ini istilah propaganda tidak mendapat tempat yang baik di hati masyarakat.
Sebenarnya bukan propagandanya yang salah, karena propaganda hanya sebagai alat komunikasi. Yang salah adalah untuk tujuan apa, dan dengan cara yang bagaimana propaganda itu diterapkan. Kita bahkan sering mendengar kalimat “jangan terlalu percaya, bisa jadi itu hanya propaganda mereka”, Film Amerika itu mengandung unsur propaganda Barat terhadap Islam”, “jangan mudah terkecoh dengan isu media, karena itu hanya sebagai propaganda belaka”. Semua kalimat itu menandakan bahwa propaganda identik dengan kebohongan dan manipulasi pesan. Jika ditinjau dari beberapa definisi para pakar maka unsur manipulasi pesan memang menjadi substansi dari istilah propaganda tersebut. Definisi Laswell misalnya yang mengatakan bahwa propaganda merupakan teknik mempengaruhi tindakan manusia melalui manipulasi representasi. Kata manipulasi bisa berarti sebagai sebuah kebohongan.
Karena identik dengan kebohongan, maka propaganda mendapatkan predikat negatif. Image buruk yang melakat pada propaganda seakan tidak bisa lagi diubah. Padahal secara sifat propaganda dibagi tiga yaitu Propaganda Putih, Propaganda Hitam dan Propaganda Abu-abu. Propaganda putih  adalah usaha mempengaruhi orang dengan menggunakan sumber yang jelas, jujur dan benar.  Propaganda putih berbeda dengan propaganda hitam yang mengandalkan kebohongan. Dengan demikian propaganda putih adalah salah satu propaganda yang menurut penulis masih wajar untuk digunakan dalam kegiatan dakwah Islam.

Propaganda dan Dakwah Islam
Istilah propaganda mulai ditelusuri pada masa Paus Gregorius XV tahun 1622, yang membentuk suatu komisi para kardinal, Cengregatio de propaganda Fide sebuah (Majelis Suci Untuk Propaganda Agama). Komisi tersebut dibentuk sebagai upaya menyebarkan doktrin agama Katolik Roma. Propaganda berasal dari bahasa latin propagare artinya cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain propaganda juga berarti mengembangkan atau memekarkan. (Nurudin, 2001:7). Santosa Sastropoetro  memberikan pengertian bahwa propaganda merupakan suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator yaitu propagandis.
Meskipun konsep awal propaganda digunakan untuk menyebarkan ajaran agama kristen, namun dalam perkembangannya propaganda juga digunakan sebagai upaya untuk meraih berbagai kepentingan, termasuk kepentingan politik, merebut kekuasaan, dan berbagai upaya serta usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan dalam peperangan propaganda menjadi senjata paling menakutkan.
Bagaimana tidak, propaganda merupakan alat yang sangat ampuh karena khalayak sasaran seringkali, bahkan selalu tidak menyadari bahwa pesan yang disampaikan adalah sebuah pesan yang dirancang secara khusus untuk memanupulasi dirinya secara emosional demi kepentingan propagandis.
Propaganda pada dasarnya adalah baik, ibarat sebuah pisau dengan dua mata sisi. Jika pisau tersebut digunakan sebagai alat untuk menyembelih ayam dan menggunakan cara yang dianjurkan oleh Islam maka pisau tersebut dapat bermanfaat dan ayam bisa dikonsumsi dengan halal. Namun sebaliknya jika pisau digunakan untuk kejahatan misalnya membunuh orang, maka itu adalah satu keburukan. Awalnya, istilah propaganda memiliki pengertian yang netral, tidak menyangkut baik atau buruk, yang berarti menyebarkan atau penyebarluasan suatu informasi atau doktrin agama Kristen Katolik untuk mendapatkan respon masyarakat atau khalayak. Tetapi, selaras dengan perjalanan waktu, dengan berbagai kegiatan yang menggunakan propaganda sebagai alat untuk tujuan dan cara yang tidak baik menjadikannya berkonotasi negatif. Pesan-pesan propaganda dipandang sebagai kebohongan, manipulatif dan sebagai indoktrinasi.
Secara umum propaganda dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh si propagandis untuk menarik, membujuk dan mempengaruhi komunikan demi mendapatkan atau mencapai tujuan yang diharapkan oleh si propagandis. Jika tujuannya untuk kebaikan dan dilakukan dengan cara yang benar, maka jelas, hakikat propaganda pada dasarnya adalah baik. Namun seiring penggunaannanya dalam perang dan dengan cara yang kotor maka ia dipandang sebagai sesuatu yang negatif.
Ada istilah dalam Islam yang menurut penulis memiliki kesamaan dengan propaganda adalah dakwah. Keduanya sama-sama sebagai salah satu metode komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah sikap serta perilaku khalayak sasaran (masyarakat). Dalam perspektif komunikasi, propaganda dan dakwah termasuk dalam kategori komunikasi persuasif (persuasive communication), yakni komunikasi yang membujuk, mengajak, atau merayu. Semakna dengan makna dasar dakwah, yakni mengajak atau menyeru. Dakwah juga merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Dakwah Islam dilakukan dengan landasan Al quran sebagaimana dalam surat An Nahl ayat 125 “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Anjuran Allah untuk berdakwah dengan cara-cara yang baik dan hikmah merupakan substansi dari dakwah Islam. Berbeda dengan konsep propaganda yang identik dengan manipulasi dan distorsi Informasi.
Lantas apakah secara keseluruhan konsep propaganda itu semua berbau kebohongan? Ternyata tidak. Dari beberapa teknik propaganda yang sering digunakan ternyata ada beberapa teknik yang masih bisa dan wajar atau tidak salah untuk diadopsi dan diterapkan dalam kegiatan dakwah Islam. Sebagai contoh penggunaan teknik “Plain folk” untuk meyakinkan audiens bahwa mereka adalah bagian dari rakyat biasa sering digunakan dalam kampanye politik. Seperti kampanye Jokowi yang makan bersama rakyat kecil di kakilima, seakan menyatakan dirinya presiden wong cilik merupakan salah satu usaha propaganda untuk meraih simpati masyarakat kecil. Simpati diraih karena sudah tercipta situasi dan kondisi yang seakan-akan masyarakat terintegrasi dengan propagandis.
Dalam kegiatan dakwah, teknik ini bisa juga digunakan oleh para ulama, tengku dan Ustaz untuk senantiasa berbaur dengan masyarakat dalam usaha mendekatkan diri dengan masyarakat agar tercipta suasana keakraban dan tidak ada jarak pemisah. Dengan demikian akan terasa bahwa tengku juga bagian dari mereka yang akan didakwahkan. Rasulullah SAW sendiri berhasil dalam dakwahnya juga karena kepribadiannya yang begitu dekat dengan uamtnya.
Dakwah dan propaganda adalah sama-sama sebagai alat komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah pandangan seseorang terhadap sesuatu. Hanya saja dalam prakteknya, kegitan propaganda lebih dominan kepada manipulasi representasi. Sementara dakwah menjalankannya dengan prinsip hikmah dan mauidhah hasanah. Namun propaganda juga tidak selamanya negatif, ada sisi positif yang bisa diadopsi dalam dakwah Islam dengan penerapan tekni-teknik yang dikategorikan dalam White Propaganda. Akhirnya, propaganda sebenarnya masih bisa syahadatkan dengan konsep Islam meskipun pada awalnya digunakan oleh Kristen untuk menyebarkan ajarannya, atau bahkan digunakaan dengan cara kotor dan kejam dalam perang dunia. Namun dosa yang sebenarnya bukan pada istilah “propaganda” tapi pada siapa dan bagaimana dia diterapakan.

No comments:

Post a Comment