BAB I : PENDAHULUAN
Islam sebagai agamarohmatan
Lil’alamin yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw mengandung sebuah
misi dakwah yang harus disebarkan kepada seluruh manusia. Ini terbukti dengan
adanya sebuah peradaban dan sejarah yang cemerlang dimasa lalu. Kita dapat
melihat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dalam
melakukan ekspansi atau perluasan wilayah yang begitu hebat dalam penyebaran
agama islam, sehingga peradaban Islam dimasa lalu sangat maju dan pesat.
Diantara perluasan wilayah yang pernah
ditaklukan dan diislamisasikan oleh islam adalah kawasan Asia Selatan,
Negara-negara yang termasuk kedalam kawasan ini adalah India, Pakistan,
Banglades, Srilangka, dan Maladewa. Islam diperkenalkan diwilayah ini dalam
bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya
pertanian, perdagangan dan keagamaan yang terorganisir secara mapan. Islam
bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai kawasan ini, tetapi dengan masuk
dan berkuasanya islam diwilayah tersebut selama tiga abad lamanya, ternyata
islam mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan setempat. Karena wilayah ini
terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan
wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar.[1]
Wilayah Asia Selatan memiliki karakterstik
dan ciri tersendiri terutama dalam hubungan antar negara. Jika di Asia Tenggara,
telah tercipta sebuah mekanisme diplomasi melalui ASEAN, di Asia Selatan sejauh
ini belum ada bentuk yang jelas dan pasti. Karena Konflik antara Negara yang
besar penduduknya seperti India masih berlangsung dengan Pakistan dan Sri
Lanka.
Adapun dalam makalah ini yang akan dibahas
hanya wilayah atau Negara India, Pakistan dan Banglades dari segi keadaan atau
kultur sebelum datangnya islam, proses masuknya islam ke wilayah ini, serta
pemerintahan islam yang pernah berkuasa diwilayah ini dengan kemajuan yang
diraih beserta masa mundurnya kekuasaan islam di wilayah asia selatan ini
khususnya daerah India, Pakistan dan Banglades.
BAB II : PEMBAHASAN PERADABAN ISLAM DI ASIA SELATAN
A. Awal Islam di Asia Selatan
Sejak zaman Nabi Muhammad saw, di Asia selatan
tempatnya di India telah memikiki sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi
interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh karena itu perdagangan dan
dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga rajaKadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya
menjadi tajudin[2]. Pada zaman Umar Ibnu Al-Khottob, Mughirah berusaha
menaklukan Sin (India) tapi usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan
jalan-jalan menuju Asia Selatan (India).[3] Pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil
menaklukan dan diangkat menjadi Amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sin dan
Punjab dipegang oleh Muhammad Ibn Qasim setelah ia berhasil memadamkan
perampokan-perampokan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal
antara Hajjaj dan sulaeman dinasti ini melemah, dan ketika dalam keadaan
melemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.[4]
Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun (Khalifah
dinasti Bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah Asia Selatan, dengan
diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya
untuk menjadi amir adalah Asad Ibn Saman untuk daerah Transixiana. Ia diangkat
menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah bani Abbas dalam menaklukan
dinasti safari yang berpusat di Khurasan.[5]
Dinasti Saman (874-999 M) mengangkat
Aliptigin menjadi amir di Khurasan. Aliptigin kemudian digantikan oleh anaknya
Ishak. Ishak dikudeta oleh baligtigin; baligtigin diganti oleh Firri dan firri
dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan
dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasti Gaznawi ditaklukan oleh dinasti guri
(1191 M). setelah meninggal, Muhammad Guri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin
Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek adalah
budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Guri dan ia menjadi sultan sejak
tahun 1206 M, Sejak itu berdirilah kesultanan delhi (India). Kesultanan delhi
terdiri atas : (a). dinasti Mamluk di delhi (1206-1290 M); (b) dinasti Khalji
(1290-1320 M); (c) dinasti Tughkuq (1320-1414 M); (d) dinasti Sayyed (1414-1451
M) dan (e) dinasti Lodi (1451-1526 M).[6]
Selain itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India .
Islamic influence first came to be felt in the early 7th century with the
advent of Arab traders. pengaruh Islam pertama kali datang ke Asia Selatan
terasa di awal abad ke-7 dengan munculnya pedagang Arab. Trade relations
between Arabia and the subcontinent are very ancient. Arab traders used to visit
the Malabar region ,
which was a link between them and ports of South East Asia , to
trade even before Islam had been established in Arabia.Para pedagang Arab yang
datang ke asia selatan digunakan untuk mengunjungi daerah di Malabar, yang
merupakan suatu daerah yang menghubungan antara mereka dengan pelabuhan
di Asia Tenggara. Menurut
SejarawanElliot dan Dowson dalam buku mereka The History of India yang diceritakan
oleh sejarawan sendiri ,mereka datang dengan menggunakan kapal
pertama yang membawa wisatawan Muslim terlihat di pantai India sejak 630 M. HG
Rawlinson, in his book: Ancient and Medieval History of
India [ 22 ] claims the first Arab Muslims settled on the Indian coast in the last part
of the 7th century AD. HG Rawlinson, dalam
bukunya: Abad Pertengahan Kuno dan India ia mengatakan
bahwa yang pertama orang Arab Muslim tinggal di pantai India di bagian terakhir
dari abad ke-7 Masehi. Shaykh Zainuddin Makhdum’s “Tuhfat al-Mujahidin” also is
a reliable work. [ 23 ] This fact is corroborated, by J. Sturrock in
his South Kanara and Madras Districts Manuals , [ 24 ] and also by Haridas Bhattacharya in Cultural Heritage of India Vol. J. Sturrockdalam
bukunya Kanara Selatan dan Distrik Madras Manuals. itu
dengan munculnya orang-orang Arab Islam yang menjadi kekuatan budaya terkemuka
di dunia. The Arab merchants and traders became the carriers of the new
religion and they propagated it wherever they went. [ 26 ]Para pedagang Arab dan pedagang menjadi pembawa agama
baru dan mereka menyebarkan itu kemana pun mereka pergi.
Asia selatan mencangkup India, Pakistan dan
Bangladesh yang luasnya kira-kira 2.075 mil dari utara keselatan dan 2.120 mil
dari timur kebarat. Disebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan wilayah
Tibet (Cina) dan Afganistan; sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan laut
samudra Indonesia; disebelah timur berbatasan dengan Burma dan disebelah barat
berbatasan dengan Persia (Iran).[7] Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara
penanaman hasil padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi
dan dibajak dengan menggunakan sapi jantan serta pembiakan lembu jantan,
kerbau, domba, kambing dan keledai.
B. Pusat-Pusat Penyebaran Islam di Asia Selatan
Islam sebagai ajaran yang dibawa oleh
Muhammad SAW, telah menorehkan tinta peradaban yang cemerlang di masa lalu.
Kita dapat melihat perjuangan Muhammad beserta para sahabat melakukan ekspansi
atau perluasan wilayah yang begitu hebat. Sehingga peradaban Islam di masa lalu
pun maju dengan pesatnya.
Di antara wilayah yang pernah ditaklukkan
oleh Islam adalah kawasan Asia Selatan, khususnya India, Pakistan, Bangladesh,
Srilangka dll. Islam diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah
berkembang yang diwarnai dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara
mapan. Sementara itu keagamaan di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta,
Hinduisme Brahmanik, dan keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite
Rajput dan elite politik Hindu lainnya.[8] Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai
wilayah ini, tetapi dengan berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga
abad lamanya, ternyata Islam mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan
setempat. Karena wilayah ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan
golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan
dari luar, diantaranya Islam.[9]
Diantara Negara-negara yang pernah ditaklukan oleh Islam diantaranya
adalah :
1. NEGARA
INDIA
a. Nama dan awal Islam di India
Nama india ini terambil dari pada nama sungai
Sindi, satu diantara sungai-sungai yang besar di benua india, yang sekarang ini
pemerintah di sana berusaha hendak mengembalikannya kepada namanya yang asli,
yaitu Bharat. Lantaran itu maka disebut juga dia Sind. Dan sind telah pula
menjadi nama daerah tempat kedudukan pusat Negara Pakistan sekarang ini :
Karachi.
Kaum muslimin mengenal daerah ini dengan
sebutan Sind sejak 711M, tepatnya ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim
menyerbu wilayah ini. Selama tiga tahun pemerintahan Umayyah menduduki wilayah
ini, yakni daerah Indus bawah tepatnya pada masa khalifah al-Walid.[10] Pada masa ini Islam belum sepenuhnya menguasai
wilayah-wilayah penting karena fokus khalifah yang berpusat di Damaskus masih
terbagi-bagi di wilayah Asia tengah, Afrika Utara sampai Spanyol. Sekitar tahun
750M pada masa kekuasaan Abbasiyah juga terjadi langkah yang sama, namun
khalifah tidak memberikan dukungan sepenuhnya untuk mengembangkan wilayah
kekuasaan di wilayah ini. Hal ini dikarenakan Abbasiyah lebih senang terfokus
untuk membina kekuatan sosial budaya di dalam. Baru ketika Abbasiyah mulai
memasukkan orang-orang Turki masuk dalam elit kekuasaannya, mereka diberi tugas
penting tersebut. Orang Turki yang diberikan kewenangan untuk menaklukkan
wilayah Asia Selatan khususnya India adalah Mahmud Ghazna. [11] Dari sinilah kemudian Islam mulai muncul menjadi
penguasa India dengan berkuasanya dinasti-dinasti secara bergantian.
Gambaran secara umum tentang masyarakat India
saat islam memasuki wilayah ini, menunjukan indikasi yang sangat sulit bagi
proses islamisasi. Ini menunjukan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi
kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan
idiologi keagamaan dan sentiment kulturnya. Melihat kondisi ini, seorang
sejarawan muslim terkemuka yaitu Al-Biruni (wafat tahun 1048 M di Ghazna,
Afganistan) ia mengemukakan bahwa ada lima hal penting yang menjadi titik
perhatian dan sekaligus menjadi ciri khas masyarakat India dalam menolak
sesuatu yang datang dari luar, yaitu Bahasa, Tradisi keagamaan, adat istiadat, fanatisme (kebencian terhadap orang asing), dan keangkuhan dalam kebudayaan.[12]
b. Pendirian Dinasti Mughal
Ibrahim Lodi (cucu sultan Lodi), sultan Delhi
terakhir memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal itu memicu pertempuran
antara Ibrahim Lodi dengan Zahirudin Babur (cucu timur Lenk) di Panipazh (1526
M). Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasannya berpindah ke tangan Zahirudin babur;
sejak itulah berdiri dinasti Mughal di India, dan Delhi dijadikan ibu kota.[13]Setelah meninggal, Zaharudin Babur di gantikan oleh
anaknya, Nashirudin Humayun (1530-1556 M); dan Nashirudin Humayun diganti lagi
oleh anaknya Akbar Khan (1556-1605 M). pada zamannya, dinasti Mughal mencapai
puncak kejayaan.[14]
c. Konflik Internal dan Kemunduran Dinasti Mughal
Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat
militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja; pemerintah daerah dipimpin
oleh kepala komandan (Sipah Salar); dan pemerintahan di sub daerah dipimpin
oleh seorang komandan (Faudzan)[15]. Akbar menerapkan system politik Sulh e-kul (toleransi universal), yaitu pandangan
yang menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Di samping itu, akbar
pun membentuk Din Ilahi (upaya untuk
membangun toleransi beragama diindia) dan akbar juga mendirikan Mansabdhari
(lembaga pelayanan umum yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan,
termasuk menyiapkan sejumlah pasukan.
Setelah meninggal, akbar diganti oleh anaknya
yaitu Jahangir (1605-1627 M). Jahangir dijatuhkan oleh anaknya yaitu Shah Jehan
(1627-1658 M). Shah Jehan ditangkap oleh anaknya yaitu Aurangzeb, setelah
ditangkap Shah jehan di dipenjara dibawah tanah. Akhirnya terjadilah perang
saudara antara Aurangzeb dengan kakak tertuanya, dara. Dara dikalahkan oleh
adiknya dengan demikian Aurangzeb menjadi sultan Mughal (1658-1707 M) dengan
gelar Alamghir Padshah Ghazi. Diantara kebijakan-kebijakan Aurangzeb adalah :
(1) melarang adanya perjudian, minuman keras, pelacuran dan narkotika (1659 M),
(2) melarang praktek Sati (praktek pembakaran diri seorang janda karena
ditinggal mati oleh suaminya) (1664 M), (3) memprakasai perusakan kuil-kuil
Hindu dan (4) memprakarsai modifikasi hukum Islam yang produknya kemudian
disebut al-fatawa Alamghir (Al-Fatawa Al-Lamgiriyat;
Al-Fatawa Al-Hindiyat).
Setelah meninggal, Aurangzeb diganti oleh
sultan yang lemah-lemah. Sultan-sultan Mughal setelah Aurangzeb adalah : (a)
Baharudin Shah (1707-1712 M), (b) Azimus Syah (1712 M), Tihandar Syah (1713 M),
(d) Farukh Syiyar (1713-1719 M), (e) Muhammad Syah (1719-1748 M), (f) Ahmad
Syah (1748-1754 M), (g) Alamghir II (1754-1759 M) (h) Sah Alam (1761-1806 M).
dan akhirnya Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari Afgan dan secara
perlahan-lahan Mughal lenyap dari India, terutama setelah sultan Mughal
terakhir Baharudin Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857 M).
Kerajaan Mughal mengalami kemunduran yang
berangsur-angsur setelah pemerintahan sultan Aurangzeb. Raja-raja setelahnya
banyak yang tenggelam dalam kemewahan dan kebesaran dalam istana. Selain dari
kerajaan-kerajaan Brahmana yang ingin melepaskan diri, ancaman juga datang dari
kerajaan Iran yang dipimpin oleh Nadir Syah. Setelah Nadir syah dapat menguasai
kekuasaan keturunan Shafawiy timbullah keinginannya untuk menguasai kerajaan
Mongol di Delhi Agra. Dengan penyerangan yang membabi buta maka kalahlah
Muhamad Syah oleh Nadir Syah dan akhirnya ia mengaku tunduk dan menyerah kepada
Nadir Syah. Penduduk pada saat itu sangat menyesal dengan kekalahan tersebut
dan akhirnya mengadakan perlawanan, tetapi Nadir Syah dengan tanpa ampun
menghukum penduduk yang melawan. Melihat kejadian tersebut sultan Muhamad Syah
tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta ampun dan perlindungan.
Permintaannya tersebut dikabulkannya dengan syarat membayar denda yang sangat
mahal.[16]
Setelah Muhamad Syah wafat digantikanlah
kedudukannya oleh sultan Alam Syah. Pada saat pemerintahannya terjadilah
penyerangan oleh Afganistan yang menyebabkan kekalahan Mongol. Setelah itu
terjadilah peperangan dengan Inggris yang tidak ada hentinya. Sejak saat itu
kekuatan Mongol semakin melemah, tetapi sebaliknya Inggris semakin kuat dengan
mempelajari kelemahan-kelemahan India. Melihat di India terdiri dari banyak
agama dan golongan, hal ini menjadi tonggak bagi Inggris untuk memecah belah
kesatuan India. Dengan tunduk dan pedamaian yang dilakukan oleh sultan Alam
Syah dengan Inggris membawa konsekuensi bagi India untuk menyerahkan pungutan
bea cukai. Nasib sultan Alam Syah begitu
sangat menyedihkan, setelah ia kalah dengan Inggris ia ditawan dan dihukum oleh
panglimanya dengan jalan mencongkel kedua matanya. Dengan wafatnya sultan Alam
Syah maka semakin kacau kondisi India sehingga membuka peluang besar bagi
Inggris untuk segera menaklukkan India. Setelah wafatnya sultan Alam Syah,
digantikanlah kedudukannya oleh puteranya bernama Bahadur Syah. Sama dengan
nasib ayahnya, kekuasaan yang ada padanya tidak berarti apa-apa karena ia hanya
diberi gaji oleh Inggris.
Dengan memakai politik memecah belah, Inggris
dapat menguasai sebagian besar wilayah India. Dari hari ke hari rakyat India
mulai merasakan tekanan batin yang begitu mencekam hati. Baik rakyat yang
beragama Hindu atau pun Islam semua merasakan hal yang sama. Bagaikan api dalam
sekam, keinginan untuk melepaskan diri dari penjajahan pun akhirnya berubah
menjadi pemberontakan besar. Seluruh umat India yang sadar, mereka semua
menyusun kekuatan untuk melawan Inggris. Untuk itu para pemberontak meminta
Bahadur Syah menjadi lambang dari perjuangan mereka. Semangat mereka adalah
akan mengembalikan kemerdekaan dan kebesaran India di bawah panji kerajaan
Mongol Islam. Mendengar pernyataan tersebut Bahadur Syah menyatakan
kesediaannya untuk menjadi lambang bagi perjuangan mereka. Pemberontakan yang
terjadi pada tahun 1857 ini disebut pemberontakan Sipahi.[17]
Dalam kondisi yang demikian Inggris dibuat
lari kucar kacir, tetapi dengan bantuan raja-raja yang telah memihak kepada
Inggris akhirnya pemberontakan tersebut dapat diredam. Pada saat itu lah
Inggris membalas sakit hatinya atas pemberontakan tersebut dengan membunuh
rakyat yang mengadakan perlawanan dengan tanpa ampun. Setelah itu Inggris
menangkap kaisar Mughal yang terakhir, Bahadur Syah dan mengasingkannya ke
Burma pada tahun 1858M hingga meninggalnya.[18] Kemudian bagi maharaja-maharaja yang telah membantu
Inggris mengalahkan Bahadur Syah dan pengikutnya mendapat kemegahan dan
kekuasaan dengan memakai gelar pusaka dan diberi bintang-bintang. Jadilah
Victoria dilantik menjadi kaisar India.
Setelah meninggalnya Bahadur Syah dan
diangkatnya Victoria menjadi kaisar India maka selesailah kekuasaan Mongol di
India. Melihat perjuangan yang begitu panjang dari kerajaan Mughal di India
memberikan kita wawasan akan perkembangan Islam di tanah Hindustan ini. Kita
tahu bahwa perjuangan untuk mendirikan sebuah peradaban tidaklah mudah. Suatu
kekuasaan dari raja satu ke raja selanjutnya memiliki kekhasan masing-masing
dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan hal ini pun mengakibatkan kekuasaan
akan silih berganti kekuatannya sesuai dengan kekuatan raja yang berkuasa saat
itu. Apalagi jika raja-raja yang berkuasa telah dirasuki rasa suka terhadap
kemewahan dan kemegahan sudah dapat dipastikan bahwa kekuatan dari sebuah
Negara atau imperium perlahan akan mengalami kemunduran. Tidak jarang yang
terjadi adalah tergodanya raja terhadap rayuan wanita juga dapat menyebabkan
melemahnya kekuatan.
d. Kekuasaan Inggris di Asia Selatan
Inggris melakukan perdagangan di India
melalui British East India Company (BEIC) dengan
mendirikan pabrik-pabrik di madras, Bombay dan Kalkuta (1612-1690 M) yang
memproduksi kain sutra dan tenun. Pada abad ke 18 M, pertempuran terjadi antara
Inggris dan Prancis karena berebut daerah jajahan di Asia. Inggris menang dan
kemudian menaklukan daerah-daerah di India satu persatu.[19]
Pada zaman Akbar II INGGRIS melalui British East India Company (BEIC) diberi kebebasan
untuk mengembangkan usahanya di india; dan sebagai imbalannya inggris
diwajibkan menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Akhirnya inggris
berhasil menaklukan dinasti Mughal dengan mengusir Bahadur Syah (Sultan Mughal
terakhir), dan melakukan penjajahan terhadap india.
e. Hubungan Hindu – Islam dan Respon Umat Islam terhadap
kekuasaan Inggris
Pada zaman penjajahan inggris, di india
terdapat dua partai politik besar; partai kongres yang dipimpin oleh Jawaharlal
Nehru. Anggota partai ini terdiri atas orang-orang Hindu dan muslim; dan liga
muslim india, partai yang dibentuk untuk mewadahi suara umat islam. Dua partai
ini tidak pernah satu visi misi karena kepentingan yang berbeda.
Respon umat islam terhadap inggris menjadi
tiga kelompok: pertama, kelompok non kooperatif yang dimotori oleh ulama
tradisional deoband; kedua kelompok kooperatif yang dimotori oleh Sayyid Ahmad
Khan; dan ketiga, kelompok Abstain (kelompok yang tidak menentang dan tidak
juga bekerjasama) yang dimotori oleh Universitas Aligarh (para mengikut Ahmad
Khan).[20]
Pada tahun 1857 M terjadi Revolusi Multiny,
yaitu puncak perlawanan umat islam terhadap inggris. Revolusi ini dipicu oleh
sikap inggris yang tidak menyertakan islam dan hindu dalam parlement. Revolusi
ini kemudian mendorong inggris untuk merangkul umat hindu dan mengucilkan umat
islam. Dalam suasana demikian, Sayyid Ahmad Khan berusaha menyelamatkan umat
islam melalui sikap kooperatif terhadap pemerintahan inggris. Usaha Sayyid Ahmad
Khan lainnya adalah : (a). mendirikan lembaga The Translation Society, untuk
menterjemahkan buku-buku seni dan sains, (b). membentuk majalah Tahdzib Al-Akhlaq (1870) untuk meningkatkan moral
atau akhlak, dan (c). mendirikan perguruan tinggi Mohammadan Anglo Oriental
College (1875 M) yang kemudian diubah menjadi Universitas Aligarh (1920 M)
dengan menggunakan kurikulum dari barat.
Pada tahun 1940, partai liga muslim india
membentuk kesepakatan yang isinya adalah bahwa wilayah-wilayah yang penduduknya
mayoritas beragama islam seperti zona barat laut dan timur india, harus
disatukan sebagai satu Negara yang merdeka. Persatuan wilayah-wilayah tersebut
kemudian disebut Negara Pakistan.
Pada tahun 1942, inggris menawarkan
kemerdekaan kepada india setelah perang dunia kesatu, dan inggris juga
menyetujui hak pemerintahan propinsi untuk menentukan dirinya sendiri, tetap
memilih sebagai bagian dari Negara India atau lepas dari India.[21]
2. NEGARA PAKISTAN (1947 M)
Islam datang ke Negara Pakistan sebelum
Negara ini memisahkan dari Negara India, Islam tiba di daerah sekarang dikenal
sebagai Pakistan pada tahun 711 Masehi , ketika Bani Umayyah mengirimkan dinasti muslim Arab yang dipimpin oleh seorang penglima tentara yaitu Muhammad Ibnu Qasim melawan
penguasa Sindh , Raja Dahir. hal ini disebabkan karena fakta bahwa Raja Dahir
telah memberikan perlindungan kepada banyak Zoroastrian Princes yang melarikan
diri penaklukan Islam Iran.
Pengalaman Pakistan mengenai interaksi agama
dan politik adalah sangat unik karena secara integral berhubungan dengan
gagasan tanah air yang terpisah bagi umat islam india yang muncul pada akhir
tahun 1930-an. Sejak itulah, sejak berdirinya Pakistan pada tahun 1947,
perkembangan politiknya bagaimanapun dipengaruhi oleh islam dan mungkin tetap
seperti itu dimasa depan.
Pakistan adalah sebuah negara yang didirikan
bagi umat Islam, diproklamirkan pada tanggal 14 Agustus 1947. Kelahiran negara
ini merupakan buah perjuangan umat Islam yang panjang di India untuk melepaskan
diri dari dominasi mayoritas umat Hindu. Negara Pakistan yang diimpikan para
arsiteknya adalah sebuah negara ideologis, dimana kaum muslimin mampu
menerapkan ajaran Islam dan hidup selaras dengan petunjuknya. Lebih jauh negara
baru ini merupakan negara demokrasi dengan konsep kedaulatan rakyat sebagai
basisnya. Oleh karena itu, ijma’ sebagai pelaksanaan ijtihad kolektif dipandang
perlu sehingga disetujuilah para ulama masuk ke dalam dewan legislatif untuk
membantu dan memimpin perbincangan-perbincangan tentang masalah yang bertalian
dengan hukum, setidak-tidaknya dalam tingkatan peralihan hingga hukum Islam
telah dimodernisasi. Ide-ide inilah yang kemudian menjadi basis pemikiran politik
kaum modernis muslim Pakistan.
Pakistan berdiri dan merdeka dari inggris
pada tanggal 14 Agustus 1947. Ia merupakan gabungan dari lima propinsi india
diantaranya adalah Balukistan, Sind, Punjab, Bengal, dan Assam. Perancang awal
Pakistan adalah Muhammad Iqbal (1873-1938 M) dan yang mewujudkan rancangan
tersebut adalah Muhammad Ali Jinah (1876-1948 M).
Tokoh Modernis yang mendukung pendirian
Pakistan adalah Ahmad Khan, Syed Amir Ali, dan Muhammad Iqbal. Disamping itu,
pendirian Negara Pakistan juga mendapat dukungan dari (a). jama’ah tablig
pimpinan Muhammad Ilyas; (b). gerakan sufi pimpinan Asyraf Ali Tsanvi; (c).
Jama’ah Islamiyah pimpinan Abu Al-A‘la Al- Maududi; (d). gerakan Khilafah
pimpinan Muhammad Ali Jauhar; (e). gerakan Khaksar pimpinan Inayatullah
Al-Masyruqi.
Presiden Pakistan pertama adalah Muhammad Ali
Jinah sampai meninggal (1948 M). sepeninggal Muhammad Ali Jinah, muslim
Pakistan dihadapkan pada pertentangan-pertentangan yang terjadi karena :
pertama Liaqot Ali Khan, pengganti Ali Jinah kurang memiliki Otoritas yang
jelas. Dan kedua umat islam terbagi menjadi dua kelompok, yaitu modernis
(muslim berpendidikan barat) dan tradisionalis (yang menginginkan pengaturan
hubungan agama dengan Negara di dasarkan pada syari’ai islam). Pertentangan ini
kemudian melahirkan konstitusi 1956 (sebagai kompromi) yang menentukan : (a).
bentuk Negara adalah demokratis yang didasarkan atas prinsip-prinsip syari’at
islam, (b). kepala Negara harus muslim, dan (c). dibentuk pusat penelitian
untuk membantu pemerintahan.[22]
Ayub Khan berkuasa melalui kudeta tahun 1958.
Pada zamannya, konstitusi 1956 diamandemen dengan perubahan : (a). pembebasan
islam dari takhayul dan memajukannya melalui pengembangan ilmu pengetahuan, dan
(b). membentuk Dewan Penasehat Idiologi Islam (Lembaga Penelitian Islam).
Kebijakan ini ditentang oleh ulama tradisional.
Ayub Khan diganti oleh Yahya Khan; Yahya Khan
kemudian diganti oleh Zulfikar Ali Bhuto; dan Zulfikar Ali Bhuto dikudeta oleh
Zia ul Haq (5 juli 1977). Ziaul Haq berusaha merealisasikan Syari’ai Islam
melalui : (a). pembentukan Komite Pemungut dan Pendistribusi Zakat dan Pajak,
(b). Pendirian Pengadilan Syari’at, (c). penghapusan Riba dalam system
perbankan; dan (d). revisi buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi.[23]
a. Kebangkitan Islam di Pakistan
Kebangkitan islam dipakistan pada tahun-tahun
terakhir, terlihat dalam berbagai bidang kehidupan kolektif. Dibidang politik,
partai-partai islam dan pemerintahan telah menolak model legitimasi demokrasi
parlementer barat dan malah berusaha memperkenalkan suatu sistem politik yang
didasarkan pada prinsip-prinsip islam. Satu upaya yang demikian adalah
referendum nasional, yang berusaha mencari mandat bagi islamisasi yang lebih
jauh, sudah tersimpul di dalamnya, perluasan masa jabatan presiden menjadi lima
tahun, bersama-sama dengan pemilihan non partai untuk dewan nasional dan
propinsi.
Dalam bidang ekonomi, kebangkitan islam
mengungkapkan diri dalam tindakan-tindakan seperti kewajiban mengumpulkan zakat
dan pajak, memperkenalkan Bank dan sistem investasi bebas bunga,
batasan-batasan hukum atas pungutan-pungutan kekayaan pribadi, denasionalisasi
bisnis-bisnis tertentu dan perusahaan-perusahaan industri. Dalam bidang hukum,
kebangkitan berarti memperkenalkan hukum pidana islam dan hukum pembuktian
islam. Aturan-aturan selanjutnya telah dilengkapi untuk mendirikan Pengadilan
Syari’ah Federal juga Pengadilan Qodi untuk menyelesaikan kasus-kasus criminal
dan sipil berdasarkan hokum islam.
Kebangkitan islam dalam budaya termasuk dalam
larangan klub-klub dansa, pengenaan moralitas seksual yang ketat, kepatuhan
kepada standar-standar moral islam dalam memproduksi serta menayangkan
program-program televisi, revisi buku-buku teks sekolah dan perguruan tinggi
untuk mengungkapkan kebiasaan islam, alokasi yang meningkat untuk pengajaran
bahasa arab dan islam, pendirian universitas islam internasional di Islamabad,
menyatakan hari jum’at sebagai hari libur resmi menggantikan hari minggu,
menetapkan jam-jam istirahat untuk mengerjakan sholat selama jam-jam kerja
dikantor-kantor pemerintahan dan swasta, menekankan bahasa urdu dan busana
nasional dikantor-kantor premerintahan dan pengungkapan keengganan moral
terhadap budaya barat.[24]
3. NEGARA BANGLADESH (1971 M)
Republik Rakyat Bangladesh adalah sebuah Negara di Asia Selatan yang berbatasan denganIndia di
barat, utara dan timur, dengan Myanmar di tenggara, dan Teluk Benggala di selatan. Bangladesh, bersama
dengan Benggala Barat di
India, membentuk kawasan etno-linguistikBenggala. Bangladesh secara harfiah bermakna “Negara Bangla”. Ibukota dan kota terbesar Bangladesh ialah Dhaka.
Perbatasan Bangladesh ditetapkan
melalui pemisahan India pada
tahun 1947. Negara ini merupakan sayap timur Pakistan (Pakistan Timur) yang terpisah dari sayap barat sejauh 1.600kilometer. Diskriminasi politik, bahasa, dan ekonomi
menimbulkan perpecahan antara kedua sayap, yang berujung pada meletusnya perang
kemerdekaan tahun 1971 dan pendirian negara Bangladesh.
Tahun-tahun setelah kemerdekaan ditandai dengan kelaparan, bencana alam,
kemiskinan, huru-hara politik, korupsi, dan kudeta militer.
Bangladesh memiliki jumlah penduduk terbesar
kedelapan di dunia dan merupakan salah satu negara terpadat di dunia dengan
tingkat kemiskinan yang tinggi. Namun, pendapatan per kapita Bangladesh telah
meningkat dua kali lipat sejak tahun 1975 dan tingkat kemiskinan turun 20%
sejak awal tahun 1990-an. Negara ini dimasukan sebagai salah satu bagian dari “Next Eleven“. Ibukota Dhaka dan wilayah urban lainnya
menjadi penggerak utama dibalik pertumbuhan ini.
Umat islam sudah menginjakan kakinya di
Bengal sejak zaman Umar Ibnu Al-Khathab (637 M). pada tahun 711 (masih zaman
Umar), Muhammad Ibnu Al-Qosim sydah menaklukan Sind (Pakistan Barat); daerah
kekuasaan diperluas lagi pada zaman Bani Abbas. Pada tahun 871 M, orang-orang
islam sudah menetap di sana. Pemerintah (Dinasti) Islam yang menguasai daerah
Bengal adalah Mahmud Gaznawi dari Asia tengah (Afganistan) tahun 1001 M.
kemudian Bengal dikuasai oleh kesultanan delhi. Pada tahun 1341 M, Bengal
melepaskan diri dari kesultanan delhi dan menyatakan merdeka di bawah pimpinan
Syamsudin Ilyas sampai tahun 1541 M. setelah itu dikuasai lagi oleh Afgan; dan
kemudian Bengal ditaklukan oleh Akbar (Mughal) pada tahun 1676 M. kemudian
Bengal berada dibawah Kerajaan Mughal; pemimpin Bengal disebut Nawab(Gubernur). Setelah Mughal lemah Bengal
memerdekakan diri (1699 M). akan tetapi, kemudian Bengal dikuasai oleh inggris
(1757 M). ketika merdeka dari inggris, Bengal disatukan dengan Negara Pakistan.
Setelah inggris memberikan kemerdekaan,
Pakistan dibedakan menjadi dua yaitu pakitan barat dan Pakistan timur. Ketidak
adilan kultur, politik, dan ekonomi mulai dirasakan oleh penduduk Pakistan
timur. Disamping itu, penduduk Bengal merasa dieksploitasi oleh Pakistan barat.
Pakistan timur hanya menerima 36 % dari total pendapatan nasional; hanya 13 %
orang-orang Bengal yang menjadi pegawai pemerintahan, dan kurang dari 13 %
orang Bengal yang menjadi tentara. Dari segi bahasa (kultur) Pakistan barat
memaksakan diberlakukannya bahasa Urdu; padahal mereka memiliki bahasa
tersendiri.[25]
Ketidak puasan orang Pakistan timur terhadap
kultur, politik, dan ekonomi Pakistan mengkristal dan akhirnya, Mujiburrahman
(pada tahun 1971 M) memimpin pemberontakan yang menuntut kemerdekaan.
Mujiburrahman kemudian menjadi presiden Bangladesh pertama. Bangladesh tidak
menyatakan diri sebagai Negara islam meskipun mayoritas penduduknya beragama
islam. Dalam konstitusi 1972 dinyatakan bahwa prinsip dasar Negara Bangladesh
adalah Sekuler; dan melarang partai politik yang dibentuk berdasarkan Afiliasi
Agama.
Pada tahun 1975, Mujiburrahman diganti oleh
Ziaur Rahman (1975-1981 M). pada tahun 1977, Ziaur Rahman mengganti pasal
sekulerisme dalam konstitusi 1972 dan menggantinya dengan keimanan kepada Allah
yang maha kuasa. Pada masa ini juga dibentuk Departemen Agama, Dewan Riset
Islam, dan merencanakan pendirian Universitas Islam. Ziaur Rahman diganti oleh
H.M Ershad (1982-1991 M). pada tahun 1988 Dewan Nasional mengesahkan amandemen
konstitusi yang menyatakan bahwa Islam adalah agama resmi agama Negara
Bangladesh.
Sinkretisme Islam dengan Hindu menjadi corak
keagamaan Islam masyarakat bawah (Rural) di Bangladesh. Sinkretisme agama di
Bangladesh tergolong parah karena sampai terjadi pertukaran ibadah. Hal itu
dapat dilihat dalam khutbah-khutbah, pertunjukan-pertunjukan lirik-lirik
tertentu, dan dukun-dukun menyembuhkan penyakit dengan menggunakan kekuatan
yang diambil dari Al-Qur’an dan krisna (ajaran agama hindu). Keadaan yang
demikian menimbulkan jarak atau kesenjangan antar agama yang dianut oleh muslim
kelas bawah (rural atau atraf), masyarakat setempat, dengan muslim kelas atas
(elit atau asyraf), masyarakat yang mengaku berasal dari timur tengah. Keadaan
ini menjembatani oleh tokoh-tokoh agama dengan memperkenlkan ajaran ortodok
islam dan mengharmoniskan hindu dengan islam melalui pengenalan ajaran
kosmologi, mistis, dan tradisi.
Sinkretisme juga melahirkan gerakan Faraidi
(1818 M) yang dipimpin oleh haji Syari’atullah yang menentang sinkretisme; dan
pada tahun 1900 M mereka mengajak umat islam secara terbuka untuk menolak
sinkretisme. Gerakan lainnya adalah Tariqh I Muhammadiyah. Gerakan ini
merupakan kepanjangan dari Wahabi di Arab. Gerakan Tariqh I Muhammadiyah
dikenalkan dibengal oleh Titu Mir (1782-1831 M). tujuannya adalah melaksanakan
ajaran islam secara murni tidak di campur adukan dengan suatu kebudayaan yang
ada.[26]
Tarekat yang terbesar pengikutnya di Bangladesh adalah Qadiriyyah.
Mayoritas rakyatnya adalah Islam Sunni Madzhab Hanafi. Pada tahun 1961 M,
ditetapkan Ordonasi hokum keluarga. Diantara isinya adalah pencatatan
perkawinan dan kebolehan berpoligami setelah mendapat persetujuan Pengadilan
Arbitrase. Anggota Arbitrase adalah wakil dari suami, wakil dari istri, dan
arbiter netral yang dipilih oleh pemerintah daerah. Pendidikan Islam dilakukan
dalam tiga jenjang dan bidang diantaranya adalah : pertama, pendidkikan dasar
yang dilaksanakan dimesjid yang disebut maktab. Bidang ilmu yang dipelajari
adalah pendidikan agama. Kedua, pendidikan lanjutan yang disebut madrasah.
Bidang ilmu yang dipelajari adalah pendidikan moral. Dan ketiga, pendidikan
tinggi atau universitas; bidang ilmu yang dipelajari adalah Ilmu Profesi
(Profesional).[27]
BAB III : KESIMPULAN
Islam datang ke asia selatan sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, yang dibawa oleh para pedagang arab melalui sejumlah pelabuhan
besar yang ada di India, Sehingga terjadi interaksi antara para pedagang arab
dengan masyarakat India. Oleh karena itu perdagangan yang dibawa oleh orang
arab dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga ada salah satu raja yaitu
raja Kadangalur dan Cheraman Pertamal masuk islam dan diganti namanya menjadi
Tajudin. Setelah Nabi Muhammad wafatpun penyebaran islam di wilayah ini masih
terus berlanjut, ini terbukti pada zaman Umar Bin Khottob, Utsman bin Affan dan
Ali Bin Abi Thalib mengirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan
yang menuju ke asia selatan khususnya di india.
Bahkan pada masa pemerintahan al-ma’mun
(dinasti bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah asia selatan, dengan
diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin di daerah-daerah. Wilayah-wilayah yang
termasuk ke asia selatan adalah India, Pakistan dan Bangladesh. Islam
diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai
dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara mapan. Sementara itu keagamaan
di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme Brahmanik, dan
keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite Rajput dan elite politik
Hindu lainnya.[28] Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai
wilayah ini, tetapi dengan berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga
abad lamanya, ternyata Islam mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan
setempat. Karena wilayah ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan
golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan
dari luar, diantaranya Islam (solihin_aagun).
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Sejarah Umat Islam.
Pustaka Nasional PTE, LTD Jakarta: 1994-2005
Mubarak Jaih, Sejarah Peradaban Islam.
Pustaka Islami, Bandung: 2008
Maryam Siti dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari
Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga: 2003
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam.
Pustaka Setia, Bandung: 2008
Atsir Ibnu, Al-Kamil Fi al-Tarikh,
Bairut: Dar al-Shadr, 1965
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Bagian kesatu dan Dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ajid Thohir, Sejarah Diplomasi dan
Perkembangan Politik di Asia. Bandung: Bina Budhaya. 1997
Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan; Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam
di India, Pakistan, dan Bangladesh (Bandung: Humaniora, 2006)
Al-‘Usairy Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008)
T. Hunter, Shireen. Politik Kebangkitan Islam.
Tiara wacana Yogya, 2001
Nasution Harun, Islam ditinjau dari Berbagai
Aspek, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986
[1] Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga,
Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern
[2] Siti Maryam dkk, op. cit,
hal.196
[3] Ibid., h. 196-197
[4] Ibid., h. 197
[5] Ibn Atsir, Al-Kamil Fi
al-Tarikh, Bairut:1965. Hal. 225
[6] Ibid., h. 198-202. Lihat pula
Muhammad Jamal al-Din Surur. Al-daulat al-Fathimiyah Fil Mishr
[7] Sejarah Diplomasi dan Perkembangan Politik di Asia.
Bandung: Bina Budhaya. 1997
[8] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Bagian kesatu dan Dua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 103.
[9] Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta:
LESFI, 2003), 215.
[10] Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan; Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam
di India, Pakistan, dan Bangladesh (Bandung: Humaniora, 2006),
83.
[11] Ajid, Asia Selatan, 84.
[12] Ibid., hln. 67-68
[13] Siti Maryam dkk, op. cit. hal. 202
[14] Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam.
Hal. 243
[15] Ibid., h. 216-217
[16] Hamka, Sejarah, 518
[17] Hamka, Sejarah, 520.
[18] Al-‘Usairy Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008)
446.
[19] Ibid.
[20] Siti Maryam dkk, op. cit. hal. 223
[21] Harun Nasution, Pembaharuan, op. cit., hal. 196
[22] Ibid., h. 226
[23] Ibid.
[24] Shireen T Hunter. Politik Kebangkitan Islam.
Tiara wacana Yogya, 2001
[25] Ibid., h. 229
[26] Ibid., h. 231
[27] Ibid., h. 232
[28] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Bagian kesatu dan Dua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 103.
No comments:
Post a Comment