KOMUNIKASI
dan AKULTURASI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Manusia
adalah mahluk sosio-budaya yang memperoleh perilakunya lewat belajar.Apa yang
kita pelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan
budaya, dalam aspek ini komunikasilah yang paling penting dan mendasar dalam
hal seperti ini. Sesuai yang diakatakan oleh (Peterson, Jensen dan Rivers, 1965
: 16) bahwa komunikasi adalah pembawa proses sosial, ia adalah alat
yang manusia miliki untuk mengatur, mengstabilkan dan memodifikasi kehidupan
sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran dan
penyampaian pengetahuan. Pada giliranya pengetahuan bergantung pada komunikasi.
Tidaklah mudah memahami
perilaku- perilaku kehidupan yang sering tak diharapkan dan tak diketahui bagi
banyak pribumi, apalgi bagi para imigram. Sebagai anggota baru dalam kelompok
budaya seseorang kita akan menghadapi banyak aspek kehidupan yang asing.
Meskipun
demikian, hubungan antara budaya dan individu, seperti pada yang terlihat pada
proses akulturasi, membangkitkan kemampuan manusia yang besar untuk
menyusuaikan dirinya dengan keadaan. Nah pada tahap seperti ini imigran
biasanya belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat
dengan berbagai transaksinya yang ia lakukan dengan orang-orang lain.
Proses
komunikasi mendasari proses akaultrasi seorang imigran. Akultrasi terjadi
melalui identifikasi dan iternalisasi lambang-lambang masyarakat yang akhirnya
akan mempengaruhi proses perubahan perilaku. Dalam kesempatan kali ini kita kan
membahas proses akultrasi yang dilakukan oleh imigran dan masyarkat pribumi.
2.
Rumusan Masalah
A.
Apa pengertian komunikasi dan akulturasi
?
B.
Apa saja variabel-variabel komunikasi
dalam akulturasi ?
C.
Bagaimana potensi akulturasi
D.
Bagaimana mempermudah akulturasi lewat
komunikasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi dan
Akulturasi
Komunikasi
berasal dari bahasa inggris (communication) dan dari bahasa latin (communicatus)
yang mempunyai arti berbagi, atau dengan kata lain komunikasi adalah proses
penyampaian pesan melalui komunikator kepada (komunikator) yang berisi pesan
dengan tujuan membentuk atau mengubah perilaku orang (komunikan). Istilah akulturasi berasal
dari bahasa Latin acculturateyang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”.
Secara umum, pengertian akulturasi(acculturation) adalah perpaduan
dua buah budaya yang
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya
tersebut.1
B.
Variabel-variabel komunikasi dalam
akulturasi
Salah
satu kerangka konseptual yang komprhensif dan bermanfaat dalam menganalisis
akultrasi seorang imigran dan perspektif komunikasi terdapat pada perspektif
sistem yang dielaborasi oleh Ruben (1975). Dalam perspektif sisitem, unsur
dasar suatu sisitem komunikasi manusia teramati ketika orang secara aktiv
sedang berkomunikasi, berusaha untuk dan mengharapkan berkomunikasi dengan
lingkungan. Sebagai suatu sistem komunikasi terbuka, seseorang berinteraksi
dengan lingkungan melalui dua proses yang saling berhubungan yaitu:
a.
Komunikasi persona
Komunikasi
persona (intrapersona) mengacu kepada proses-proses mental yang dilakukan orang
untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosio-budayanya,
mengembangakan cara-cara melihat, mendengar, memahami dan merespons lingkungan.
“komunikasi pesona dapat dianggap merasakan, memahami dan berprilaku terhadap
objek-objek dan orang-orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses yang
dilakukan individu untuk menyusuaikan diri dengan lingkunganya (ruben, 1975:
168-169). Dalam konteks akultrasi komunikasi persona seorang imigran dapat
dianggap sebagai pengaturan pengalaman-pengalaman akultrasi ke dalam sejumlah
pola respons kognitif dan efektif yang dapat diidentifikasi dan yang konsisitem
dengan budaya pribumi atau secara potensial memudahkan aspek-aspek akulturasi
lainya.
Salah
satu variabel komunikasi persona terpenting dalam akultrasi adalah kompleksitas
struktur kognitif imigran dalam mempersepsi lingkungan pribumi.Selama fase-fase
awal akulturasi, persepsi seorang imigran atas lingkungan pribuminya relatip
sederhana.
Satu
variabel komunikasi persona lainya dalam akultrasi adalah citra diri (self
image) imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang lingkunganya.
Citra diri imigran yang berhungan dengan citra-citranya masyarakat
pribumi dan budaya aslinya, misalnya memberiakan informasi berharga tengtang
realitas akulturasinya yang subjektif. Perasaan terasing, rendah diri dan
masalah-masalah psikologis lainya yang diderita imigran cendrung berkaitan
dengan jarak perseptual yang lebih besar antara diri dan anggota-anggota
masyarakat pribumi (kim, 1980).
Jasa
motivasi seorang imigran terbukti fungsionalya dalam memudahkan proses
akulturasi. Motivasi akulturasi mengacu pada kemauan imigran untuk belajar
tentang, berpartisipasi dalam, dan diarahkan menuju sistem sosio-budaya
pribumi. Orientasi positip yang dilakukan imigran terhadap
lingkungan barubiasanya meningkatkan partisipasi dalam jaringan-jaringan
komunikasi masyarakat pribumi ( kim, 1977 ).
b.
Komunikasi Sosial
Komunikasi
persona berkaitan dengan komunikasi sosial ketika dua atau lebih
individu berinteraksi, sengaja atau tidak. Komunikasi adalah proses yang
mendasari intersubjektivisasi, suatu fenomena terjadi sebagai akibat
simboilisasi publik dan pengunaan serta penyebaran simbol. ( ruben, 1975 : 171
). Melalaui komunikasi sosisal individu-individu “ menyetel “ perasaan, pikiran
dan perilaku antara yang satu dengan yang lain.
Komunikasi
antarpesoana seorang imigran dapat diamati melalaui derajat partisipasinya
dalam hubungan-hubungan antarpersona dengan angota-angota masyarakat pribumi.
Lebih khusus lagi kita dapat menduga dan meramalkan akulturasi seorang imigran
dari sifat jaringan- jaringan antarpesonanya.darajat keintiman dalam hubungan-
hubungan yang dilakukan individu telah dikembangkan dengan
masyarakat- masyarakat pribumi merupakan suatu indikator enting
tengtang kecakapan komunikasi pribumi yang telah diperolehnya.
Fungsi
akulturasi komunikasi massa bersifat terbatas dalam hubunganya dengan fungsi
akulturasi komunikasi antarpersoana ( kim, 1979 ). Pengalaman –pengalaman
komunikasi anatarpersona imigran mempunyai pengaruh yang kuat serta terinci
atas akulturasi imigran.Komunikasi yang melibatkan hubungan antarpesona memberi
imigran umpan balik yang seremoak, secara langsung mongontrol dan mengatur
perilaku-perilaku komunikasi imigran.
Melalaui
komunikasi masssa, mengetahui lebih dalam lagi tentang berbagai unsur dalam
sisitem sosio-budaya pribumi.Dalam menyiarkan pesan-pesan yang mereflasasikan
membawa nilai-nilai masyarakat.
c.
Lingkungan komunikasi
Suatu
kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada komunikasi dan akulturasi
imigran adalah adanya komunitas etniknya didaerah setempat. Derajat pengaruh
komunitas etnik atas perilaku imigran sengat bergantung pada derajat “
kelengkapan kelembagaan “ komunitas tersebut dan kekuatanaya untuk memelihara
budayanya yang khas bagi anggota-angotatanya ( Taylor 1979 ).
C.
Potensi Akulturasi
Individu-
individu merespons perubahan baru dengan berdasarkan pengalaman mereka
terdahulu. Mereka menerima apa yang menguntungkan dan menolak apa yang
dirugikan. Pola-pola akulturasi tidaklah seragam diantara individu- individu
tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensia akaulturasi yang dimiliki
imigran sebelum bermigrasi.Sebagian orang lebih bersedia menerima budaya
pribumi dari pada sebagaian orang lainya. Berikut adalah faktor-faktor yang
dianggap mengambil andil kepada potensi akulturasi :
a.
Kemiripan
Kemiripan
antara budaya asli ( imigran ) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor
terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Seorang imigran
dari Kanada ke Amerika Serikat, misalnya, akan mempunyai potensi
akulturasi yang lebih besar dari pada imigran dari Vietnam dari asia tengggara.
Bahkan dua imigran dari dua budaya yang sama munkin mempunyai latar belakang
yang subkultur yang berbeda. Seorang imigran dari kota metropolitan akan
mempunyai potensi akulturasi yang lebih besar dibandingkan seorang petanai dari
desa.
b.
Usia
Imigran
yang lebih tua umunya mengalami lebh kesulitan enyusuaikan diri dengan budaya
baru dan mereka lebih lambat dalam mendapat pola-pola budaya baru.( Kim 1976 )
c.
Latar belakang pendidikan
Latar
belakang pendidikan seorang imigran sebelum bermigrasi memperudah akulturasi (Kim
1976, 1980). Pendidikan sangat memberian bekal kepada seorang imigran untuk
kecakapan berkomunikasi. Contohya kursus bahasa inggris
d.
Pengetahuan
Pengetahuan
imigran tengtang budaya pribumi sebelum bermigrasi yang diperoleh dari
kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa juga
dapat mempertinggia ukulturasi imigran.
e.
Kepribadian
Kepribadian
yang dimaksud kalai ini adalah kepribadian seorang imigran ketika sudah
memasuki sosio- budaya pribumi dengan suks berteman atau dengan kata lain memiliki
kepribadian yang open.
f.
Toleransi
Bagi
seorang imigran sifat yang seperti ini harus tertanam agar mampu menciptakan
hubungan sosial yang menentramkan.
D.
Mempermudah Akulturasi Lewat
Kemunikasi
Sejauh
ini imigran telah diuraikan dalam perspektip komunikasi.Sebagaimana orang
pribumi enkulturasi lewat komunikasi, maka seorang imigran terakulturasi dalam
budaya pribumi dalam komunikasi juga. Proses akulturasi banyak berkenaan dengan
usaha menyusuaikan diri dengan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi
yang dominan yang ada pada masyarakat pribumi.
Potensi
akulturasi seorang imigran sebelum bermigrasi dapat mempermudah akulturasi yang
dialaminya dalam masyarakat pribumi. Seperti dibahas sebelumnya potensi
akulturasi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1. Kemiripan
antara budaya ( imigran ) dan budaya pribumi
2. Usia
pada saat berinteraksi
3. Latar
belakang pendidikan
4. Beberapa
karakteristik pribadi dan toleransi
5. Pengetahuan
tengtang budaya pribumi sebelum bermigrasi
Begitu
seorang imigrab memasuki budaya pribumi, proses akulturasi mulai berlangsung.
Proses akulturasu akan terus berlangsung selama imigran melakukan kontak
langsung dengan sistem sosio- budaya pribumi.
Jika
seorang imigran ingin mempertinggi kapisitas akulturasinya dan secara sadar
berusaha memprmudah proses akulturasiny, maka ia harus menyadari pentingnya
komunikasi ebagai mekanisme penting untuk mencapai tujuan- tujuantersebut.
Untuk menunjang kecakapan komunikasi dalam budaya pribui, imigran harus
mengembangkan kecakapan kognitif, efektif dan perilaku dalam berhubungan dengan
lingkungan pribumi. Dengan mengembangakan suatu motivasi akulturasi yang kuat,
imigran menjadi terorientasi secara positip terhadap mayarakat pribumi dan
menrima norma-norma dana aturan-aturan budaya pribumi.
Namun
imigran takkan mencapai tujuan-tujuan akulturatifnya sendirian. Proses
akulturasi adalah suatu proses interaktif” mendorong dan menarik “ antara
seorang imigran dengan lingkunga pribumi. Tapi anggota masyarakat pribumi dapat
mempermudah akulturasinya imigran dengan menerima pelazinan budaya asli imigran
dengan memberikan situasi-situasi komunikasi yang mendukung untuk imigran.
Proses
akulturasi seorang imigran dapat dipermudah dengan usaha yang sama yang
dilakukan oleh imigran sendiri, anggota-anggota masyarakat pribumi dan
komunitas etnik. Sebagai initi akulturasi interaktif adalah proses komunikasi
yang menghubungkan individu –individu imigran dengan lingkungan sosio- budaya
mereka. Kecakapan komunikasi yang diperoleh imigran tidak hanya penting bagi
semua aspek penyusuaian diri lainya, tapi juga penting bagi masyarakat pribumi
bila kecakapan komunikasi imigran tersebut dapat secara efektif menampung
berbagai unsur dan memelihara kesatuan dan kekuatan masyarakata yang diperlukan
selama saluran-saluran komunikasi bersama tetap kuat, konsensus dan pola-pola
tindakan bersama akan tetap berlangsung dalam masyarakat pribumi. Seperti yang
dikatakan mendelson (1964), komunikasi dapat mengabungkan kelompok-kelompok
minoritas kedalam suatu organisasi sosial yng memiliki gagasan-gagasan dan
nilai-nilai bersama.2
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Akulturasi
adalah bersatunya dua budaya sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilankan kebudayaan aslinya.
Seseorang
berinteraksi dengan lingkungan melalui beberapa proses beserta lingkunganya
yaitu :
a.
Komunikasi persona
b.
Komunikasi Sosial
c.
Lingkungan
Potensi
akulturasi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a.
Kemiripan antara budaya ( imigran ) dan
budaya pribumi
b.
Usia pada saat berinteraksi
c.
Latar belakang pendidikan
d.
Beberapa karakteristik pribadi dan
toleransi
e.
Pengetahuan tengtang budaya pribumi
sebelum bermigrasi
Kecakapan
komunikasi yang diperoleh imigran tidak hanya penting bagi semua aspek
penyusuaian diri lainya, tapi juga penting bagi masyarakat pribumi bila
kecakapan komunikasi imigran tersebut dapat secara efektif menampung berbagai
unsur dan memelihara kesatuan dan kekuatan masyarakata yang diperlukan selama
saluran-saluran komunikasi bersama tetap kuat, konsensus dan pola-pola tindakan
bersama akan tetap berlangsung dalam masyarakat pribumi
2.
Kritik dan Saran
Diharapka kritikan yang dapat membangun agar
kedepanya kami bisa membuat makalah yang lebih baik dari ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Adler, P.S.,”Beyond Cultural Indentity:
Reflection on Cultural and Multicultural Man.”, dalam Interecultural Communication: A Reader, edisi ke-2, editor L.A
Samovar dan R.E. Porter, Wadsworth Belmont, 1976 h. 363-378
2.
Breton, R.,”Institutaional Completeness
of Ethnic Communities and the Personal Relation of Immigrants.”, America Journal of Sociology, 70 (1964),
193-205
3.
Broom, L., and J. Kitsuse,” The
Validation of Acculturation: A Condition To Ethnic Assimilation.”, dalam Ethnicity: A Conceptual Approach, editor
D.F. Weinberg, Cleveland Ethnic Heritage Studies, Cleveland State University,
Cleveland, 1976, h. 135-156.
4. Chance,
N.A.,”Acculturation, Self-Identification, and Personality Adjustment.”,America Anthropologist, 67 (1965),
373-393
5.
Giordano, J., dan G. Giodano, The Ethno-Cultural Factor in Mental Health:
A Literature Review and Bibliography, Institute on Pluralism and Group
Identity of The America Jewish Committee, New York, 1977
6.
Hetskovits, M.J., Cultural Dynamics, Alfred A. Knof, New York, 1966 Kim,
Y.Y.,”Communication Patterns of Foreign Immigrants in the Process of
Acculturation: A Survey Among the Korean Population in Chicago.”,Disertasi
Ph.D., Northwestern University, 1976
----,”Communication
Patterns of Foreign Immigrants in the Process of Acculturation.”Human Communication Research, 4, 1
(1977), h. 66-77
----,
Indochinese Refugees in the State of
Illinois, volume IV, Psychological, Social and Cultural Adjustment of
Indochinese Refugees, Travelers Aid Society of Metropolitan Chicago,
Chicago, 1980
----,”Mass
Media and Acculturation: Toward Development of an Interactive Theory.”Makalah
yang disajikan dalam konferasi tahunan the Eastern Communication Association,
Philadelphia, Pennsylvania, May 1979a.
----.”,Toward
An Interactive Theory Of Communication-Acculturation.”, dalam Communication Yearbook 3, editor
D.Nimmo, Transaction Books, New Brunswick, 435-453
7.
Levine, R.A., Culture, Behavior, and Personality, Aldine, Chicago, 1973
8.
Mallow,A.H., Motivation and Personality, edisi Ke-2, Harper & Row, New York,
1970
9.
Mendelsohn, H.,”Sociological
Perspectives on the Study of Mass Communication”, dalam People, Society and Mass Communication, editor, L.A Dexter dan D.M.
White, Free Press of Glencoe, New York, 29-36
10.
Peterson, T.,J. Jesen, dan W.Rivers, The Mass Media and Modern Society; Holt,
Rinehart & Winston, New York, 1995
11.
Richmond, A.H. Post-War Immigrants in Canada, University of Toronto Press,
Toronto,1967
12.
Ruben,B.D,”Intrapersonal, Interpersonal,
and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Sytems.”, dalam General Systerms Theory and Human
Communication, editor B.D. Ruben dan J.Y. Kim Rochelle Park, Hayden, 1975
13.
Ryu, J.S.,”Mass Media’s Role in the
Assimilationprocess: A Study of Korean Immigrants in the Los Angeles
Area.”Makalah yang disajikan dalam pertemuan tahunan the International
Communication Association, Chicago, May 1978
14.
Schutz, A.”The Stranger: An Essay in
Social Psychology.”,dalam Identity aAnd
Anxiety: Survival of the Person in Mass Society, editor M.R. Stein, A.J.
Vidich, aan D.M White, Free Pess, New York, 1960 h. 98-109
15.
Taylor, B.K,”Culture: Whence, Whither
and Why?”dalam The Future of Cultural
Minorities, editor A.E Alcock, B.K. Taylor dan J.M. Weltorn, St. Martins’s,
New York, 1979
Footnote:
2.
Mulyana Deddy And Rakhmat Jalaluddin,
Komunikasi Antarbudaya, PT Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 147-159
No comments:
Post a Comment